Friday, May 28, 2010

3 Kaidah Menggapai & Merasakan Kebahagiaan

Taman Ilmu :

3 Kaidah Menggapai & Merasakan Kebahagiaan

Bismillahir-Rahmanir-Rahim,
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih & Maha Penyayang....


Apakah yang manusia dambakan dalam hidupnya?
hidup berkecukupan dan dapat memenuhi kebutuhannya?
hidup sehat dan dapat mengerjakan banyak hal dalam hidupnya?
hidup bersama orang-orang yang disayanginya dan menyayanginya?
hidup dengan wawasan & ilmu pengetahuan yang luas? mengetahui tentang banyak hal?
hidup penuh petualangan dan merasakan banyak pengalaman?

Mungkin beberapa pertanyaan di atas sesuai dengan pendapat kita?
Mungkin pertanyaan-pertanyaan di atas masih "terlalu spesifik"....
Kalau kita bisa mengemukakan jawaban sederhana untuk pertanyaan :

Apakah yang manusia dambakan dalam hidupnya?

Jawaban yang singkat, padat, jelas yang dapat menjadi jawaban untuk kebanyakan manusia?

Kebahagiaan...

Kebahagiaan merupakan kumpulan dari "kebaikan", kumpulan dari "perasaan baik"...
Kebahagiaan adalah...
saat hati merasa tenang...
jiwa merasa tentram...
dada terasa lapang...
saat kita merasa nyaman...

Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang "terukur" atau "terlihat", bukan sesuatu yang "teraga", bukan sesuatu yang bersifat "lahiriah"
Kebahagiaan adalah sesuatu yang "terasa"....

Sudah fitrah (naluri) manusia menyukai yang baik, yang indah,
Tapi apakah kita dapat setiap saat memperoleh atau memiliki sesuatu yang "baik & indah"?
Sudah sunatullah (ketentuan Allah) adakalanya suka, adakalanya duka, ada manis, ada pahit, mungkin kita akan dengan mudah merasakan kebahagiaan saat kita memperoleh suka dan manis, namun bagaimana saat kita memperoleh duka dan pahit?

Ada perkataan yang bagus dari Ibnul Qoyyim ( 1292-1350M / 691-751H ) :
Tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung, yang senantiasa diharapkan terijabahnya do'a.
Semoga Allah melindungi kalian di dunia dan akhirat.
Semoga Allah senatiasa melapangkan nikmat-NYA baik secara zhohir maupun batin.
Semoga Allah pula menjadikan kalian : orang-orang yang bersyukur tatkala diberi nikmat, bersabar ketika ditimpa musibah dan segera memohon ampunan kepada Allah ketika terjerumus ke dalam dosa. Inilah 3 tanda kebahagiaan dan tanda keberuntungan seorang hamba di dunia dan akhiratnya. Seorang hamba senatiasa akan berputar pada kondisi ini.
( Al Wabilush Shoyib, hal. 11, Asy-Syamilah )

Sungguh indahnya saat kita dapat menjalani hidup kita dengan 3 sikap tersebut :
1. Bersyukur, saat memperoleh dan merasakan nikmat dan suka, sesuatu yang manis,
2. Bersabar, saat memperoleh duka,merasakan sesuatu yang kurang "meng-enak-an", sesuatu yang kita rasa "pahit",
3. Beristighfar (memohon ampunan) kepada Allah, saat kita melakukan kesalahan....

Bukankah hidup ini tak terlepas dari 3 kondisi, suka, duka dan melakukan kesalahan?


Semoga Allah subhanahu wa ta'ala,
mengkaruniakan ilham pada kita untuk menyadari nikmat-nikmat-NYA,
mengkaruniakan ilham pada kita untuk mengambil pelajaran dari musibah dan ujian dari-NYA,
mengkaruniakan ilham pada kita untuk berintrospeksi diri dan menyadari kesalahan kita,
Semoga Allah memudahkan kita untuk menjalani kehidupan kita dengan 3 sikap tersebut,

Semoga kita memperoleh dan merasakan kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat,

Amiin... ya Robb al 'Alamin ( Kabulkanlah, wahai Rabb semesta alam)


Allah Ta’ala ( Allah Yang Maha Tinggi ) berfirman :


Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-KU), maka pasti adzab-ku sangat berat."
( QS. Ibrahim (14) : 7 )

Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur).
( QS. Adh-Dhuha (93) : 11 )

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira, kepada orang-orang yang sabar,
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-NYAlah kami kembali).
( QS. Al-Baqarah (2) : 155-156 )

Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.
( QS. Al-Baqarah (2) : 153 )

Dia (Musa) berdo'a, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah mendzalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku." Maka DIA (Allah) mengampuninya. Sungguh, Allah Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.
( QS. Al-Qashash (28) : 16 )

Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampun untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi.
( QS. Al-Mu'min/ Ghafir (40) : 55 )


dari al-Hadits :

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukan sholat malam sehingga telapak kakinya membengkak. Maka, Aisyah berkata kepada Rasulullah : " Mengapa engkau beribadah sehingga begitu, bukankah Allah sudah mengampuni dosa-dosamu baik yang telah lalu maupun yang akan datang?"
"Apakah aku tidak sepatutnya menjadi hamba yang bersyukur?"
( HR. Bukhari )

Rasulullah bersabda :
"Sungguh mengagumkan keadaan orang mukmin, keadaan mereka senantiasa mengandung kebaikan. Tidak terjadi yang demikian itu kecuali bagi orang mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, hal itu merupakan kebaikan. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar. Itu juga merupakan kebaikan.
( HR. Muslim )

Rasulullah bersabda :
"Seorang Muslim yang tertimpa kelelahan, kemelaratan, kegundahan, kesedihan, kesakitan dan kedukacitaan, sampai yang tertusuk duri, niscaya Allah akan mengampuni dosanya dengan apa yang menimpanya."
( HR. Bukhari & Muslim )

Rasulullah bersabda :
"Wahai manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari kepada-NYA seratus kali."
( HR. Muslim )
--> Rasulullah biasa membaca : "Astaghfirullah, wa atuubu ilaiih" ( Aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-NYA )


Rujukan :
Al-Qur'an & Terjemahannya
KItab Hadits : Shahih Riyadhush Shalihin, Imam Nawawi
www.rumaysho.com : 3 Tanda Kebahagiaan
Buku Dzikir Pagi Petang dan Sesudah Shalat Fardhu Menurut Al-Qur’an & As-Sunnah yang Shahih , susunan Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Buku Do’a dan Wirid, susunan Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawaz




Taman Dzikir & Do’a :


Allahuma inniy ‘ala dzikrika, (Ya Allah, tolonglah aku untuk berdzikir kepada-MU)
Wa syukrika, (dan bersyukur kepada-MU)
Wa husni ‘ibadatik (serta beribadah dengan baik kepada-MU)

( HR. Abu Dawud, an-Nasa-i, Ahmad, al-Hakim, derajat hadits : shahih )
Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam pernah memberi wasiat kepada Mu’adz agar dia mengucapkan do’a di atas setiap akhir shalat.


Do’a agar dijadikan hamba yang bersyukur :

Robbiy auzi’niy an asy-kuro ni’matikal-latiy an ‘amta ‘alayya wa ‘ala waalidayya
wa an a’mala shoolihaan tardhoohu
wa ad-khilniy birohmatika fiy ‘ibaadikash-shoolihiin
artinya :

“Ya Rabb-ku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-MU yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku
dan agar aku mengerjakan amal shalih yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-MU ke dalam golongan hamba-hamba-MU yang shalih.
( QS. An-Naml (27) : 19 )



Buletin :
Indahnya Islam, Jalan Menuju Surga
( Edisi 3 : 3 Kaidah Menggapai & Merasakan Kebahagiaan )

"Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah mudahkan baginya jalan menuju surga."
( HR. Muslim )

Friday, May 21, 2010

Memahami Islam Dengan Benar, Jalan Menuju Keselamatan & Kebahagiaan


Saatnya Memahami Islam Dengan Benar



Saudara-saudariku, ketahuilah sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala telah memilihkan Islam sebagai agamamu.

“Sesungguhnya agama (yang haq) di sisi Allah adalah Islam.” (QS. Ali-Imron (3) : 19)

Dan Allah meridhoi Islam, menyempurnakan, dan melengkapinya untukmu agar engkau dapat meraih tujuan hidupmu yang utama yaitu beribadah kepada Allah.

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu dan telah kuridhoi Islam itu sebagai agamamu.” (QS. Al-Maidah (5) : 3)

Ibnu Katsir berkata, “Ini adalah nikmat terbesar dari berbagai nikmat yang Allah berikan kepada umat ini. Yaitu Allah telah menyempurnakan untuk mereka agama mereka, sehingga mereka tidak membutuhkan agama yang lain dan juga tidak membutuhkan nabi selain nabi mereka, Nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itulah, Allah menjadikan beliau sebagai penutup para nabi dan menjadikannya pula sebagai nabi yang diutus kepada seluruh manusia dan jin. Maka tidak ada yang halal melainkan apa yang dihalalkannya dan tidak ada yang haram selain apa yang diharamkannya serta tidak ada agama yang benar kecuali agama yang disyari’atkannya.”


Engkau Bisa Meraih Nikmat Islam

Dan saudara-saudariku, ketahuilah… engkau belum bisa mendapatkan nikmat Islam dalam hatimu sampai engkau memahaminya dengan benar. Pegangan utama seorang muslim & muslimah dalam memahami Islam adalah mengikuti Al Quran dan hadits. Allah telah menjamin akan menganugerahkan keistiqomahan kepada orang-orang yang mengikuti Al Quran, sebagaimana disebutkan tentang perkataan jin dalam Al Quran.
“Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan setelah Musa yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya lagi memimpin kepada jalan kebenaran dan kepada jalan yang lurus.” (QS. Ahqoof (46) : 30)
Allah juga menjamin akan memberikan keistiqomahan kepada para pengikut rasul sholallahu ‘alaihi wassalam yang disebutkan dalam firmanNya,
“Sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Asy-Syu’ara (42) : 52)


Realita yang Engkau Hadapi

Pada realitanya, banyak sekali orang yang mengaku ber-ittiba’ (mengikuti) dan memahami Al Quran dan hadits. Sebagaimana para filosof dan orang-orang sufi mengatakan, “Kami adalah orang yang ber-ittiba’ terhadap Al Quran dan hadits dan memahaminya.” Para pengikut filsafat memang mengikuti Al Quran dan hadits, akan tetapi mereka menjadikan nash-nash Al-Qur’an dan hadits tunduk pada tuntutan akal mereka. Dengan demikian mereka sebenarnya telah meninggalkan Al Quran dan hadits dan menjadikan akal mereka sebagai Tuhan. Para pengikut sufi juga mengambil Al Quran dan hadits, namun mereka menjadikan nash-nash keduanya tunduk kepada perasaan mereka. Dengan demikian mereka pun meninggalkan Al Quran dan hadits dan menjadikan perasaan mereka sebagai Tuhan.

Kedua pemahaman tersebut merupakan contoh bahwa perpecahan telah terjadi pada umat Islam menjadi bergolong-golong. Mengapa umat Islam bisa berpecah belah? Tidak lain hal ini disebabkan manusia bersandar pada dirinya dalam memahami Al Quran dan hadits. Namun mereka tidak menyadari pemikiran manusia berbeda-beda dan tidak seragam. Di samping itu, kemampuan manusia dalam memahami Al Quran dan hadits sangat terbatas. Tidak ada satu akal pun yang sempurna, demikian juga tidak ada seorang pun yang terlepas dari kesalahan. Sehingga jadilah manusia berpecah-belah sesuai dengan pemikiran mereka masing-masing.

Semua pemahaman dari golongan-golongan tersebut salah adanya selama meraka masih berpegang pada hawa nafsu yang buruk dalam memahami Al Quran dan hadits, kecuali orang-orang yang Allah berikan petunjuk. Allah mengancam penyelewengan mereka terhadap Al Quran dan hadits dengan neraka.

“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari kalangan ahlul kitab terpecah menjadi 72 golongan dan umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan. 72 golongan di dalam neraka* dan 1 golongan berada di surga.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ad Darimi, Ath Thabroni, dll.)

* terancam neraka, namun bukan berarti kekal di neraka, karena Allah telah menjamin bagi siapa saja yang ada keimanan meski sebesar biji zarrah akan Allah keluarkan dari neraka

Ash Shan’ani rahimahullah berkata, “Penyebutan bilangan dalam hadits itu bukan untuk menjelaskan banyaknya orang yang celaka dan merugi, akan tetapi untuk menjelaskan betapa luas jalan-jalan menuju kesesatan serta betapa banyak cabang-cabangnya, sedangakan jalan menuju kebenaran hanya satu.”
Dan orang-orang yang berpecah-belah karena memahami Al Quran dan hadits dengan hawa nafsu mereka yang menyimpang adalah teman-teman setan yang mengikuti jalan kesesatan.

Dari Ibnu Mas’ud berkata, “Pada suatu hari Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassalam membuat sebuah garis lurus dan bersabda : ‘Ini adalah jalan Allah.’ Kemudian beliau membuat garis-garis lain di kanan kirinya, dan bersabda: ‘Ini jalan-jalan lain dan pada setiap jalan ini terdapat setan yang menyeru ke jalan-jalan tersebut.’ Beliau lalu membaca (firman Allah ta’ala) : ‘Dan sesungguhnya inilah jalanKu yang lurus. Oleh karena itu, ikutilah. Janganlah kamu mengikuti jalan-jalan lain yang akan memecah belah kamu dari jalanNya.’” (QS. Al-An’am (6) : 153)


Lalu, Bagaimana Memahami Islam yang Benar ?

Setelah menilik realita yang ada, kita dapat mengetahui bahwa tidak semua orang yang belajar Al Quran dan hadits mendapatkan nikmat Islam dalam hatinya. Hal ini memang merupakan hal yang sangat disayangkan. Semua golongan-golongan dalam Islam tidak akan pernah mendapat nikmat Islam karena tidak memahami Al Quran dan hadits dengan benar.

Lalu, bagaimana memahami Islam yang benar?
Wahai saudara-saudariku, renungkanlah apa yang engkau baca dengan lisanmu setiap engkau sholat maka engkau akan mendapatan jawabannya. Sesungguhnya Allah berfirman,“Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat atas mereka.” (Qs. Al-Fatihah (1) : 6-7)

Dari sini, engkau mendapatkan jawabannya, saudara-saudariku! Bahwa untuk mendapatkan nikmat Islam adalah memahami Al Quran dan hadits dengan mengikuti orang-orang yang telah terlebih dahulu mendapatkan nikmat Islam. Siapakah mereka?
Ibnul Qoyyyim berkata, “Siapa saja yang lebih mengetahui kebenaran serta istiqomah mengikutinya maka ia lebih pantas untuk mendapatkan ash shiraathal mustaqiim (jalan yang lurus).”

Syaikh Abdul Malik Ramadhani menjelaskan bahwa manusia yang paling utama yang telah Allah beri nikmat ilmu dan amal adalah para shahabat Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam, karena mereka mendapatkan petunjuk langsung dari Rasul shollallahu ‘alaihi wasallam yang mulia. Dengan demikian penafsiran dan pemahaman merekalah yang paling selamat. Selain itu, mereka adalah generasi terbaik* dari umat ini dalam memahami Al Quran dan hadits serta mengamalkannya.

“Sebaik-baik umat ini adalah generasiku (shahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi'in), kemudian orang yang mengikuti mereka (tabi'ut tabi'in).” (Muttafaqun ‘alaihi/ HR. Bukhori Muslim)

* terbaik dalam hal ibadah & beragama (ibadah murni/khusus), karena untuk urusan dunia (teknologi) tentunya yang kemudian yang lebih baik, dan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda : "Kalian lebih tahu urusan dunia kalian" ( HR. Muslim ) . Jadi dalam hal ibadah (khusus) 3 generasi itulah yang terbaik ibadahnya, jadi hendaknya kita meneladani mereka, dan mencukupkan dengannya, karena Islam telah sempurna, tidak perlu tambahan dan tidak perlu pengurangan, maka sesuatu yang tidak ada contohnya dari mereka (pada masa mereka) merupakan sesuatu yang baru dalam agama.

Para shahabat merupakan kaum yang dipilihkan oleh Allah untuk menemani nabiNya, dan menegakkan agamaNya.
Ibnu Mas’ud berkata, “Sesungguhnya Allah memandang kepada hati para hambaNya. Dia mendapati Muhammad adalah yang paling baik hatinya. Lalu Allah memilihnya untuk diriNya dan mengutusnya dengan risalahNya. Kemudian Allah kembali memandang hati hamba-hambaNya yang lain. Dia mendapati para shahabat adalah orang-orang yang paling baik hatinya setelah beliau shollallahu ‘alaihi wasallam. Allah lalu jadikan mereka sebagai pembantu NabiNya dan mereka berperang membela agamaNya.” (Diriwayatkan oleh Ahmad)

Dan pemahaman para shahabat sering juga disebut manhaj salafus sholih (pemahaman pendahulu yang sholih).


Mengapa Perlu Berpegang Teguh pada Manhaj Salafus Sholih?

Ketahuilah saudara-saudariku bahwa perpecahan umat menjadi bergolong-golong adalah tercela dan dibenci. Allah ta’ala berfirman:
“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, (yaitu) orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Masing-masing golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. Ar Ruum (30) : 31-32)

Dan meskipun perpecahan tidak diridhoi oleh Allah, namun hanya sedikit orang yang bisa selamat darinya. Dan tidaklah seseorang selamat dari bencana ini kecuali orang-orang yang mengikuti jalan Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah bersabda yang artinya: “Orang-orang Yahudi terpecah menjadi 71 atau 72 golongan dan orang-orang Nashrani seperti itu juga. Adapun umat ini terpecah menjadi 73 golongan.” didalam riwayat lain disebutkan: “Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan dan umatku terpecah menjadi 73 golongan semuanya di neraka kecuali satu.” Para sahabat bertanya: “Siapa yang (selamat) itu wahai Rasulullah?” beliau menjawab: “(Yang mengikuti aku dan para sahabatku).” (HR.Tirmidzi dengan sanad yang hasan)

Allah hanya menginginkan kebaikan dari para hambaNya agar hambaNya kembali kepada kampung halamannya, yaitu surga. Oleh karena itu, diwajibkan atas seorang hamba untuk menyelamatkan diri dari perpecahan dan berpegang teguh pada jalan Rasulullah dan para sahabatnya.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam bersabda, “Berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur rosyidin, pegang eratlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan lain-lain)

Allah memuji orang-orang yang mengikuti jejak salaf dari kalangan Muhajirin dan Anshor dan di dalamnya terdapat perintah akan wajibnya mengikuti mereka, karena keridhoan Allah tidak mungkin bisa diraih melainkan hanya dengan mengikuti mereka.

Allah ta’ala berfirman yang artinya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)
Hidayah untuk kembali kepada Allah dan meraih surga hanya bisa diperoleh lewat jalannya para sahabat radhiyallahu ‘anhum (jalan yang selamat ).

Allah ta’ala berfirman yang artinya: “Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqoroh (2) : 137)

Allah mengancam orang yang durhaka kepada Rasulullah dan menyelisihi kaum mukmin pada zamannya (yaitu shahabat) dengan neraka jahannam.
“Barangsiapa yang mendurhakai Rasul setelah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan kaum mukmin, Kami biarakan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya dan Kami masukkan ia ke dalam jahannam, jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisa (4) : 115)

Ya Allah… mudahkanlah kami menempuh jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat atas mereka, yaitu orang-orang yang memeperoleh hidayah dan istiqomah. Bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai, yang hati mereka telah rusak sehingga mereka menyimpang dari kebenaran meskipun telah mengetahuinya. Bukan pula jalan orang-orang yang sesat yang tidak memiliki dan tidak mau belajar ilmu agama, sehingga mereka terus-menerus dalam kesesatan dan tidak mendapatkan petunjuk kepada kebenaran. Amiin…

Washollallahu ‘ala Nabiyyi Muhammad wa ‘ala alihi wa Shahbihi wa sallam

Rujukan:
1. Sittu Duror Landasan Membangun Jalan Selamat karya Syaikh Abdul Malik Ramadhani
2. Membedah Akar Bid’ah karya Ali Hasan Al Halabi Al Atsari
3. Artikel ‘Sudah Saatnya Meniti Manhaj Salaf’ yang merupakan penjelasan Syaikh Salim bin ‘Id Al Hilali dalam ceramah beliau dalam Majalah As Sunnah edisi 01/Tahun XI/ 1428H/2007M
4. Artikel ‘Mengapa Harus Salafi?’ karya Abu ‘Abdirrahman bin Toyyib As Salafi dari situs salafindo.com

*** Artikel www.muslimah.or.id
Penyusun: Ummu ‘Abdirrahman
Muroja’ah: Ust. Subhan Khadafi, Lc.

* tambahan dari redaksi

Sunday, May 16, 2010

Tauhid Kunci Menuju Surga

”Barang siapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah ‘laa ilaha illallah’, maka dia akan masuk surga”
(HR. Abu Dawud, derajat hadits : shahih)

Apakah yang menjadi tujuan hidup manusia?
kebahagiaan...
Begitu juga kita, kita mengharapkan kebahagiaan, kebahagiaan yang bagaimana? sebagai seorang muslim yang mengimani adanya hari kiamat dan kehidupan di akhirat, kebahagiaan yang menjadi harapan kita kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Kebahagiaan di akhirat adalah saat kita dimasukkan ke dalam surga, itulah kebahagiaan dan kemenangan terbesar. Bagaimana untuk menuju kebahagiaan tersebut? Islam telah mengajarkan bagaimana menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, ajaran Islam meliputi seluruh aspek kehidupan. Islam mengajarkan akhlak & budi pekerti yang baik, mengajarkan berbuat kebaikan & meninggalkan kejahatan, mengajarkan sosial, berhubungan dengan Allah, manusia, dan seluruh makhluk hidup, semua hal itu bertujuan agar manusia hidup bahagia di dunia dan akhirat.

Maka untuk menggapai kebahagiaan ialah dengan menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan kita. Untuk menjalankan keIslaman tentulah kita perlu mengetahui apa itu Islam, bagaimana Islam, dan apa saja yang diajarkan Islam kepada kita, dimulai dari hal yang pokok/mendasar.

Pokok atau landasan dasar dalam Islam adalah tentang akidah (keimanan). Akidah merupakan akar yang menjadi penumpu tegaknya pohon keimanan. Ibarat suatu bangunan, akidah merupakan pondasi untuk tegak & kokohnya berdirinya bangunan tersebut. Jadi sebelum kita mengamalkan ajaran Islam hendaknya terlebih dahulu menguatkan akidah, yaitu dengan mengetahui & memahami akidah yang benar & lurus, sehingga akan mengarahkan kita pada jalan yang lurus.


Akidah & Tauhid

Akidah merupakan keyakinan yang mengikat hati seseorang terhadap suatu agama. Karena berkaitan dengan keyakinan, maka akidah merupakan amalan hati. Akidah Islam ada dalam rukun iman yang enam (iman kepada Allah, kepada para malaikat, keapada para rasul, kepada hari berbangkit, dan beriman kepada qodho & qodar). Barang siapa tidak menerima salah satu saja dari keimanan tersebut, maka dia belum beriman.

Tauhid berasal dari kata "wahhada" yang artinya satu atau esa, sehingga tauhid berarti mengesakan, sehingga secara istilah tauhid berarti mengesakan Allah dalam mengimani ke-esa-an Allah sebagai pencipta & pengatur alam semesta, dan memurnikan ibadah hanya pada Allah.

"Laa ilaha illallah" kalimat Tauhid
Kalimat "Laa ilaha illallah", kalimat yang mungkin kita sudah hafal di luar kepala, ...
"Laa ilaha illallah", "Tiada Tuhan Selain Allah"...
Kita sudah mengetahuinya, tapi apakah kita sudah mengerti dan memahami makna kalimat tersebut?
apakah kita sudah mengamalkannya dalam kehidupan kita?

Pengamalan atau perwujudan kalimat "Laa ilaha illallah" yang mengantarkan kita ke surga...
"Laa ilaha illallah" merupakan kalimat syahadat (persaksian), hal pertama yang menandai seseorang menjadi Muslim...
Kita bersaksi "bahwa tidak ada Tuhan yang hak untuk disembah/diibadahi kecuali Allah"...
Inilah yang dinamakan Tauhid, yaitu mengesakan Allah, menjadikan Allah satu-satunya...

Mengapa kita perlu mengetahui tentang tauhid?
Untuk men-tauhid-kan Allah, tentunya kita harus mengetahui apa itu tauhid dan bagaimana perwujudan tauhid, dan pelanggaran terhadap tauhid agar kita tidak terjerumus padanya (pelanggaran terhadap tauhid adalah kesyirikan yaitu menyekutukan Allah).

APA ITU TAUHID & BAGAIMANA PERWUJUDAN TAUHID?
Tauhid ada 3 macam, yaitu :
1. Tauhid Rubbubiyah
2. Tauhid Uluhiyah
3. Tauhid Asma wa Shifat
Sesungguhnya kita baru mewujudkan tauhid kalau kita mewujudkan ke-3-nya

1. Tauhid Rubbubiyah
Adalah mengakui bahwa Allah satu-satunya Tuhan yang menciptakan & mematikan, yang mengatur & memelihara alam semesta, yang melakukan segalanya.
Jadi tauhid Rubbubiyah adalah yang berkaitan dengan perbuatan & kekuasaan Allah subhanahu wa ta'ala.
Ayat-ayat dalam Al-Qur’an tentang tauhid Rububiyah :

- Pencipta seluruh makhluk.
"Allah menciptakan segala sesuatu dan Allah memelihara segala sesuatu." (QS. Az-Zumar (39) : 62 )

- Pemberi rizki kepada seluruh manusia dan makhluk lainnya.
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rezekinya…"
(QS. Hud (11) : 6 )


2. Tauhid Uluhiyah
Adalah Allah satu-satunya tujuan ibadah kita(hamba). Hanya kepada Allah segala tujuan peribadahan, hanya karena Allah segala peribadahan. Jadi kita meng-ikhlash-kan ibadah kita, yaitu kepada Allah & karena Allah.
Jadi Tauhid Uluhiyah adalah yang berkaitan dengan segala bentuk & tujuan peribadahan hamba kepada Allah.

Allah berfirman :
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
( QS. Adz-Dzariyat (51) : 56 )


Bentuk & tujuan peribadahan di sini termasuk : ketaatan (menjalankan sesuatu & meninggalkan sesuatu), berdo'a & menyeru, memohon pertolongan & bertawakal, bernadzar, bersumpah, menyembelih binatang dalam rangka mendekatkan diri, dan segala bentuk pendekatan diri kepada Allah.

Tauhid inilah yang dituntut harus ditunaikan oleh setiap hamba sesuai dengan kehendak Allah sebagai konsekuensi dari pengakuan mereka tentang Rubbubiyah dan kesempurnaan nama dan sifat Allah.

3. Tauhid Asma wa Shifat
Asma berarti nama
Shifat berarti sifat
Jadi Tauhid Asma wa Shifat, adalah perwujudan tauhid yang berkaitan dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah, yaitu bahwa nama-nama dan sifat-sifat yang telah Allah beri-tahukan dalam firman-firmanNYA dan yang Rasulullah sampaikan dalam hadits.
Apakah penting untuk mengetahui nama-nama dan sifat-sifat Allah?
Jika kita bersaksi tuhan kita dalah Allah, apakah kita sudah mengenal Allah?
Untuk mengenal Allah yaitu dengan mengetahui nama-nama dan sifat-sifatNYA, seperti yang Allah sendiri beritakan dalam firman-firmanNYA, dan Rasulullah sampaikan dalam hadits (karena sesungguhnya Rasulullah berbicara berdasarkan wahyu).
Nama-nama dan sifat-sifat Allah bisa kita ketahui dalam Asma ul-Husna, seperti Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih), Ar-Rahim (Yang Maha Penyayang), Al-Kholiq (Yang Maha Pencipta), Al-Aziz (Yang Maha Kuasa), Al-Hadi (Yang Maha Pemberi Petunjuk), Al-Wahhab (Yang Maha Pengkarunia), dan lain-lain.
Dengan mengenal nama-nama & sifat-sifat Allah, membantu kita saat kita berdo'a dan memohon pada Allah, seperti yang Allah firmankan :
"Allah mempunyai asmaa ul-husna , maka bermohonlah kepada-NYA dengan menyebut asma ul-husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNYA. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan."
( QS. Al-A'raf (7) : 180)

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tauhid Asma dan Sifat adalah sebagai berikut:
Menetapkan semua nama dan sifat tidak menafikan dan menolaknya.
Tidak melampaui batas dengan menamai atau mensifati Allah di luar yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Tidak menyerupakan nama dan sifat Allah dengan nama dan sifat makhluk-Nya.
Tidak mencari tahu tentang hakikat bentuk sifat-sifat Allah.
Beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntutan asma dan sifat-Nya.

Tauhid akan terwujud melalui perwujudan ke-3 tauhid tersebut, mengingkari salah satu saja berarti belum bertauhid. Seperti yang terjadi pada kaum Quraisy, mereka mengakui Allah sebagai pencipta (tauhid Rubbubiyah), tetapi mereka juga menyembah berhala (mengingkari tauhid uluhiyah). Seperti yang Allah firmankan :
Dan sungguh, jika engkau bertanya kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi? "Niscaya mereka menjawab "Allah". Katakanlah, "Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-NYA?" Katakanlah : "Cukuplah Allah bagiku." KepadaNYA-lah bertawakal orang-orang yang berserah diri."
( QS. Az-Zumar (39) : 38 )
Karena pengingkaran kaum Quraisy terhadap tauhid uluhiyah mereka tetap kafir.

Jika kita melihat fenomena yang ada sekarang, banyak umat Islam yang meminta tolong & bertawakal pada selain Allah, menggunakan jimat karena percaya jimat tersebut dapat membawa manfaat dan menghindarkan dari mudharat, mendatangi dan mempercayai dukun/paranormal/"orang pintar" untuk menanyakan hal-hal ghoib dan meminta pertolongan, mendatangi kuburan untuk menyampaikan hajat & meminta pertolongan, menyembelih binatang bukan karena Allah, dan bentuk-bentuk kesyirikan lain yang telah merajalela. Hal ini menunjukkan lemahnya keimanan dan kurangnya perwujudan tauhid mereka terhadap Allah subhanahu wa ta'ala.


Pentingnya Akidah Tauhid Dalam Kehidupan Seorang Muslim

Sebagai seorang muslim kita hendaknya memahami tauhid dan mengerti betapa pentingnya akidah tauhid dalam diri kita. Akidah tauhid merupakan landasan diterimanya amal. Jika kita tergelincir pada kesyirikan maka terhapuslah seluruh amalan kita. Allah tidak akan pernah menerima amalan pelaku kesyirikan sampai dia meninggalkan kesyirikan. Allah berfirman :
Dan sesungguhnya telah diwahtukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi."
( QS. Az-Zumar (39) : 65)

Kadang ada orang yang banyak melakukan ibadah, tetapi ternyata dia masih melakukan kesyirikan dan mempersekutukan Allah, dia berdo'a, menyembelih, dan bernadzar untuk selain Allah. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pemahamannya terhadap tauhid, sehingga dia melanggar tauhid karena ketidak tahuannya. Maka seharusnya setiap muslim memahami makna tauhid, sehingga dapat mengamalkan dan mewujudkannya dalam kehidupannya. Dan untuk memahaminya ialah denagn mempelajari atau mencari ilmu tentang tauhid dan Islam yang hak.

Alangkah malangnya nasib sesorang yang dia menghadap Allah di hari kiamat saat dirinya belum bertauhid, dia tergelincir pada kesyirikan karena kurangnya bekal imu tentang tauhid. Allah berfirman :
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun."
( QS. Al-Ma'idah (5) : 72 )

Tauhid merupakan hal yang sangat penting, memurnikan ibadah hanya kepada Allah. Rasulullah bersabda dalam hadits qudsi :
bahwa Allah berkata di hari kiamat :
"Wahai anak Adam, jika engkau datang menghadapku membawa sebesar dunia dosa-dosa, kemudian engkau menjumpaiku dan tidak mempersekutukanku maka aku akan datangkan sebesar itu pula pengampunan."
( HR. At-Tirmidzi )

Hadits tersebut menjelaskan kepada kita bahwa terbukanya ampunan Allah meski dosanya amat banyak selama tidak menyekutukan Allah (syirik). Syirik merupakan dosa terbesar, dan tidak bisa diampuni selama pelakunya tidak bertaubat selama hidupnya. Sedangkan jika pelakunya bertaubat sebelum nyawa sampai kerongkongan dan selama matahari belum terbit dari barat, maka Allah akan mengampuninya. Seperti yang ada dalam Al-Qur'an dan Hadits :

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-NYA (syirik), dan DIA mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa saja yang DIA kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar."
(QS. An-Nisaa (4) : 48)

Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama nyawa belum sampai kerongkongan.”
(HR. At-Tirmidzi )

Rasulullah bersabda :
“Barangsiapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, maka Allah akan menerima taubatnya.”
(HR. Muslim)


Tauhid Jalan Keselamatan & Kunci Menuju Surga

Begitu pentingnya masalah tauhid sehingga betapa berharganya nyawa dan darah seorang ahli tauhid (orang yang bertauhid) bagi Allah, Rasulullah menyebutkan bahwa hancurnya dunia beserta isinya lebih sederhana bagi Allah dari pada menumpahkan darah seorang mukmin. Hancurnya bangunan ka'bah lebih ringan dari pada membunuh jiwa seorang mukmin ahli tauhid.

Allah berfirman :
"Dan adapun orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman dengan kedzaliman, bagi mereka jaminan keamanan dan mereka mendapat petunjuk."
( QS. Al'An'am (6) : 82 )

Kedzaliman yang dimaksud dalam ayat di atas ialah syirik, seperti yang tercantum dalam surat Luqman (31) ayat 13, yaitu :
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar."
( QS. Luqman (31) : 13 )

Dengan tauhid seorang mukmin terjamin keselamatannya dari siksa neraka, Rasulullah bersabda :
"Akan dikeluarkan dari dalam neraka orang-orang yang hatinya terdapat sebesar biji dzarrah (sawi) dari keimanan."

Dan Rasulullah juga bersabda :
”Barang siapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah ‘laa ilaha illallah’, maka dia akan masuk surga”
(HR. Abu Dawud, derajat hadits : shahih)

Semoga Allah senatiasa memberi petunjuk kepada kita untuk men-tauhid-kannya, sehingga mengantarkan kita kepada surga-NYA, Amiin…

“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.”
( HR. Muslim )

Sumber :
1. Kitab Tauhid Pemurnian Ibadah Kepada Allah, Syaikh Muhammad at-Tamimi, Penerbit : Darul Haq
2. Artikel : Pentingnya Akidah Tauhid, majalah As-Saliim