Sunday, October 17, 2010

Hati & Kebaikan

Hati & Kebaikan


Bismillahir-Rahmanir-Rahim,
Dengan menyebut nama Allah, yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang,


* Allah memandang hati kita & amal/perbuatan kita
* Hati pangkal kebaikan
* Kedudukan hati pada kebaikan & kebenaran
* Hati yang sehat



Allah memandang hati kita & amal kita

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada tubuh kalian dan tidak pula kepada rupa kalian, tetapi DIA memandang kepada HATI kalian (dan AMAL kalian)."
( HR. Muslim )

Hati yang baik, akan dapat dirasakan dari baiknya amalan/perbuatan.
Sehingga para ulama (Imam Muslim dan yang lainnya) mengingatkan pentingnya tentang baiknya hati & amal/perbuatan, karena ada yang memahami bahwa yang penting hatinya (saja), tanpa melihat amal/perbuatan. Jadi baiknya hati dirasakan dari baiknya amal/perbuatan.
Seperti hal-nya iman, yang merupakan keyakinan dalam hati, diucapkan lewat lisan, dan dibenarkan/diwujudkan dengan perbuatan.
Maka hati senantiasa terkait erat dengan pikiran, lisan, dan perbuatan.



Hati pangkal kebaikan

Dari Ibnu Mas'ud, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"...Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging.
Apabila ia baik maka akan baik pula seluruh tubuhnya, dan apabila ia buruk maka akan buruk pula seluruh tubuhnya.
Ketahuilah segumpal daging itu adalah hati."
( HR. Bukhari & Muslim )

Kebaikan pikiran, lisan, dan perbuatan berasal dari baiknya hati, karena hati yang akan "memimpin" anggota tubuh kita.
Apa yang kita lakukan adalah "perwujudan" hati & pikiran kita.
Hati yang "memerintah" badan kita untuk melakukan sesuatu.
Hati yang baik, akan mengarahkan pada pikiran yang baik & positif, kata-kata yang baik, dan perbuatan yang baik.
Saat kita menginginkan kehidupan yang baik, maka kita mulai dari baiknya diri kita, dan itu dapat diperoleh dengan baiknya hati kita.
Memperbaiki hidup kita, memperbaiki diri kita, dengan memperbaiki hati kita.
Membuka hati untuk mencintai kebaikan & kebenaran, melatih hati untuk berjalan di atas kebaikan & kebenaran.

Allah ta'ala berfirman :
Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar?
Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.
( QS. Al-Hajj (22) : 46 )



Kedudukan hati pada kebaikan & kebenaran

Baiknya hati, bagaimana hati berada pada kebaikan & kebenaran, para ulama (ahli ilmu) membagi hati menjadi 3 macam, yaitu :
hati yang sehat,
hati yang sakit,
dan hati yang mati

Hati yang sehat :
hati yang berada dalam kebaikan & kebenaran, ketaatan & ketakwaan, apa yang dilakukannya adalah apa yang Allah ridhoi, dan meninggalkan apa yang Allah tidak ridhoi, karena sesungguhnya apa-apa yang Allah ridhoi dan tidak ridhoi adalah untuk kebaikan diri manusia.

Hati yang sakit :
hati yang berada di antara kebaikan & keburukan, berbuat baik namun juga terkadang berbuat buruk, kadang taat kadang juga maksiat (melanggar perintah Allah), berada dalam ketaatan pada Allah, namun terkadang lalai.

Hati yang mati :
hati yang hanya mengikuti hawa nafsunya (keinginan jiwanya), mengerjakan apa saja yang jiwanya inginkan, tanpa mengindahkan apakah Allah ridho atau tidak.
Hati yang tidak berada pada ketaatan & ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta'ala.



Hati yang sehat

Hati yang sehat akan membawa kepada hati yang selamat.
Sungguh beruntung seorang hamba yang memiliki hati yang selamat,
Allah ta'ala berfirman :
(yaitu) pada hari (ketika) harta & anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat,
( QS. Asy-Syu'ara (26) : 88-89 )

Hati yang sehat dapat mengarahkan diri untuk senantiasa dalam kebaikan & kebenaran.
Hati yang sehat mengarahkan diri untuk menjalani kehidupan pada jalan yang lurus (shirothol mustaqim), jalan yang diridhoi Allah subhanahu wa ta'ala, senantiasa melaksanakan yang Allah ridhoi & menjauhi yang Allah tidak ridhoi.
Hati yang sehat berada di dalam ketakwaan & ketaatan pada Allah subhanahu wa ta'ala.

Hati yang sehat dapat dicapai dengan keimanan pada Allah subahanahu wa ta'ala, memurnikan ibadah hanya pada-NYA.
Hati yang senantiasa menyadari tujuan penciptaan kita, senantiasa menyadari makna kehidupan.
Hati yang mewujudkan ikhlash, yaitu beribadah hanya kepada Allah semata, tanpa menyekutukannya dengan sesuatu apa paun, Allah lah satu-satunya tujuan, ridho Allah lah yang diharapkan.

Hati manusia senantiasa berbolak-balik, saat ini baik belum tentu akan terus baik, sebaliknya yang saat ini buruk belum tentu selamanya buruk.
Maka kita harus senantiasa menjaga hati agar senantiasa dalam kebaikan, dengan senantiasa memperbaiki hati kita.
Hati manusia berada di antara jari-jemari Allah, maka hanya pada-NYA kita memohon agar hati kita senantiasa dalam kebaikan.



Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan sebuah do'a untuk ketetapan hati kita,

"Yaa muqollibal quluub, tsabbit qolbiy 'alaa diinik"
(Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku di atas agama-MU)



Semoga kita termasuk manusia yang senantiasa memperbaiki hati & diri kita, sehingga dapat memiliki hati yang sehat, hati yang selamat, dan menghadap Allah subhanahu wa ta’ala dengan hati yang selamat.

Semoga Allah senantiasa memudahkan kita dalam kebaikan, dalam kebenaran, dalam ketaatan, dalam ketakwaan. Semoga Allah senantiasa memudahkan jalan kita untuk merasakan kebaikan & kebahagiaan di dunia, kebaikan & kebahagiaan di akhirat, senantiasa memudahkan jalan kita menuju surga-NYA, Aamiin…


Robbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanah (Ya Tuhan kami berilah kami kebaikan di dunia),
wa fil akhirati hasanah (dan kebaikan di akhirat),
wa qinaa ‘adzaaban-naar (dan lindungilah kami dari adzab/siksa api neraka),
( QS. Al-Baqarah (2) : 201 )

Aamiin... Ya Robb-al-alamin (Kabulkanlah, wahai Tuhan semesta alam)



Sumber Rujukan :
Al-Qur'an & Terjemahannya
Kitab hadits : Riyadhush-Shalihin ( Taman (Hati) Orang-orang Shalih ), susunan : Imam Nawawi
http://al-atsariyyah.com/tanpa-kategori/hati-menurut-islam.html
Wahai Manusia Lihatlah Hatimu!!
http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/wahai-manusia-lihatlah-hatimu.html
Buku :
Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah dalam Tazkiyatun Nufus (Jalan Pengikut Sunnah & Jama'ah dalam Penyucian Jiwa)
penulis : Yazid bin Abdul Qadir Jawas, penerbit : Pustaka At-Taqwa



“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.”

Friday, October 1, 2010

Bersegera, Bersemangat, & Bersabar dalam Kebaikan

Bismi-LLAH-ir-RAHMAN-ir-RAHIM,
Dengan menyebut nama ALLAH, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,


Bersegera, Bersemangat, & Bersabar dalam Kebaikan


* Bersegera dalam kebaikan
* Bersemangat dalam kebaikan
* Bersabar dalam kebaikan & kebenaran

* Saat kita melakukan kebaikan sesungguhnya kita sedang melakukan kebaikan untuk diri kita
* Kebaikan akan mengantarkan ke surga
* Kebaikan & Kejujuran (Kebenaran), kebaikan ada dalam kejujuran (kebenaran)
* Kebaikan, Kebenaran, & Kesabaran
* Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan



Allah ta'ala berfirman :
Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.
( QS. Al-Kahfi (18) : 110 )

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.
( QS. Al-Kahfi (18) : 46 )



Bersegera dalam Kebaikan

Para Nabi adalah manusia terbaik, maka sungguh kebaikan kita mengambil teladan dari mereka. Mereka adalah manusia-manusia yang bersegera dalam kebaikan.
Allah ta'ala berfirman :
Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdo'a kepada Kami dengan penuh harap & cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyu' kepada Kami.
( QS. Al-Anbiya (21) : 90 )

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memberkan nasihat kepada Ibnu Umar (Abdullah bin Umar), sambil memegang pundak Ibnu Umar beliau bersabda :
Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau orang yang singgah di perjalanan (pengembara).
Kalau engkau berada di waktu pagi jangan sekedar menunggu datangnya waktu sore.
Kalau engkau berada di waktu sore jangan sekedar menunggu datangnya waktu pagi.
Manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu.
Dan gunakanlah masa hidupmu sebelum datang kematianmu.

( HR. Bukhari )

Kalau terbersit keinginan (niat) untuk melakukan suatu yang baik, segeralah laksanakan jika kita sudah mampu melaksanakannya, karena kita tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi kemudian jika kita menundanya, mungkin saja niat itu melemah & luntur.

Allah ta'ala berfirman :
Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok.
Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
( QS. Al-Luqman (31) : 34 )

Jika kita belum dapat/mampu melaksanakannya, maka jaga & peliharalah niat baik itu.
Pelihara dalam hati kita, tancapkan kuat-kuat dalam diri kita, dan senatiasa berdo'a kepada Allah agar dimudahkan melaksanakannya...

Lihatlah bagaimana nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, bagaimana beliau senantiasa bersegera dalam kebaikan,
Abu Sirwa'ah Uqbah bin Al-Harits berkata,
"Aku shalat Ashar di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika di Madinah.
Setelah salam, beliau cepat-cepat bangkit melangkahi barisan para sahabat menuju kamar salah seorang istrinya.
Para sahabat terkejut karena beliau sangat tergesa-gesa.
Setelah itu Rasulullah keluar. Beliau heran melihat para sahabat yang terkejut itu, kemudian beliau bersabda,
'Aku meninggalkan sepotong emas yang harus kusedekahkan tetapi tertinggal di rumah, maka aku tidak ingin emas itu menginap di tempatku.' "
( HR. Bukhari )



Bersemangat dalam Kebaikan

Kalau kita sudah melakukan kebaikan, alangkah baiknya jika kita dapat menjaga semangat untuk melakukannya kembali dan memelihara kebaikan tersebut. Sehingga kebaikan itu menjadi kebiasaan bagi kita.
Allah menyukai amalan/perbuatan yang dilakukan terus-menerus (berkelanjutan).

Dari 'Aisyah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Sebaik-baik amalan yang disukai Allah subhanahu wa ta'ala adalah yang terus-menerus dikerjakan."
( HR. Bukhari & Muslim )

Contoh paling dekat adalah keadaan kita pada bulan Ramadhan, jika bisa beribadah lebih baik pada bulan Ramadhan, maka kita dapat memotivasi diri kita untuk mempertahankan kebaikan tersebut.
Misal jika kita sudah bisa berpuasa sebulan penuh, mengapa tidak kita coba untuk puasa 6 hari di bulan Syawal, atau melaksanakan puasa Senin-Kamis, atau berpuasa 3 hari setiap bulannya (puasa pada tanggal 13-14-15 setiap bulan Hijriyah)?
Atau jika kita bisa melaksanakan sholat tarawih 11 rakaat, mengapa kita tidak mencoba untuk sholat malam setiap malam, misalkan 3 rakaat witir.
( sholat malam disebut juga qiyamul-lail, disebut juga tahajud, atau pada bulan Ramadhan disebut juga tarawih, jadi secara sederhana : tarawih adalah tahajud pada bulan Ramadhan )

Dari Abu Hurairah dia berkata :
"Kekasihku (Nabi Muhammad) shallallahu 'alaihi wa saallam mewasiatkan kepadaku 3 perkara:
Puasa 3 hari setiap bulan, sholat 2 rakaat Dhuha, & sholat witir sebelum tidur."
( HR. Bukhari & Muslim )

Sungguh wasiat (nasihat) yang sederhana, tetapi lihatlah kedalaman maknanya.
Puasa 3 hari setiap bulan, berarti kita seperti puasa 30 hari (sebulan), jika setiap bulan kita melaksanakannya, maka kita seperti berpuasa 30 hari setiap bulannya, yang berarti seperti kita berpuasa setahun penuh.
Sholat 2 raka'at Dhuha seperti berbuat kebaikan sejumlah sendi kita (sekitar 360 sendi).
Sholat witir merupakan salah satu sholat yang dicintai Allah.



Bersabar dalam Kebaikan

Kita sering berpendapat, "bicara mudah, melaksanakannya ngga semudah itu".
Memang untuk melaksanakan kebaikan awalnya tak terlalu mudah, perlu usaha untuk melakukannya, dan kita memerlukan kesabaran.
Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah memberikan pikiran positif untuk diri kita, memotivasi diri kita.
Kita bisa mengatakan pada diri kita : "Ini mungkin ngga terlalu mudah, tapi kita bisa belajar dan berusaha untuk melakukannya."

Dan yang penting adalah ilmu (pengetahuan) tentang hal yang akan kita lakukan.
Kalau kita tahu tentang sesuatu akan lebih mudah untuk kita melakukannya.

Allah ta'ala berfirman :
Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"
( QS. Al-Kahfi (18) : 68 )

Akan lebih mudah bagi kita membiasakan berdzikir (mengingat) Allah, jika kita mengetahui bahwa berdzikir dapat membuat hati tentram, dan kita akan semakin mudah melakukannya jika kita telah merasakannya.
Akan lebih mudah untuk kita mengeluarkan harta untuk kita sedekahkan, jika kita mengetahui bahwa itu akan mendatangkan keberkahan dari Allah untuk kita.



Saat kita melakukan kebaikan sesungguhnya kita sedang melakukan kebaikan untuk diri kita

Sesungguhnya segala sesuatu yang kita lakukan adalah untuk kita (akan kembali pada kita), begitu juga kebaikan & keburukan.
Saat kita melakukan kebaikan maka sesungguhnya kita sedang berbuat baik untuk diri kita, sebaliknya saat kita melakukan keburukan kita sedang berbuat buruk untuk diri kita.
Saat kita bersedekah, mungkin yang kita lihat kita mengeluarkan harta kita untuk kita berikan untuk orang lain, yang kita lihat adalah kita berbuat baik untuk orang lain, tapi kalau kita mau merasakan & merenungkan kembali, Allah akan memberikan keberkahan pada harta kita, dan itu adalah kebaikan bagi kita.
Atau saat kita mengambil hak orang lain (misal : korupsi), yang terlihat adalah kita mendapatkan tambahan harta, ingat atau tidak kita sedang mengambil hak orang lain. Yang jelas harta kita bertambah, tapi pernahkah disadari tidak berkahnya harta tersebut, mungkin kita sakit sehingga harus mengeluarkan banyak harta, atau harus mengeluarkan banyak harta, atau pada hal-hal lain.

Allah ta'ala berfirman :
Barang siapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri.
Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzholimi hamba-hamba-(NYA).
( QS. Fushilat (41) : 46 )



Kebaikan akan mengantarkan ke surga

Kebaikan & Kejujuran (Kebenaran), kebaikan ada dalam kejujuran (kebenaran)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga.
Jika seseorang senantiasa berlaku jujur & berusaha untuk jujur maka akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.
Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan pada kejahatan, dan kejahatan akan mengatarkan pada neraka.
Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta."
( HR. Muslim )



Kebaikan, Kebenaran, & Kesabaran

Allah berfirman :
Demi masa.
Sungguh, manusia berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
( QS. Al-Ashr (103) : 1-3 )

Lihatlah bagaimana Allah subhanahu wa ta'ala menyandingkan kebaikan, kebenaran, dan kesabaran.
Kebaikan ada bersama kebenaran, dan diusahakan bersama kesabaran.



Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan

Allah berfirman :
(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.
Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan,
( QS. Ali-'Imran (3) : 134 )

Maka Allah memberi mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat.
Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.
( QS. Ali-'Imran (3) : 148 )



Hanya kepada Allah kita memohon hidayah (petunjuk) & taufik (dorongan untuk melakukan sesuatu-->kebaikan).
Semoga Allah senantiasa memudahkan kita melihat kebaikan, dan memberikan ilham pada kita untuk melakukan kebaikan.
Semoga Allah senantiasa memudahkan jalan kita ke surga-NYA, memudahkan kita dalam kebaikan, dalam kebenaran, dan dalam kesabaran.

Robbana aatinaa fid-dunyaa hasanah (Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia),
wa fil akhirotiy hasanah (dan di akhirat kebaikan),
wa qinaa 'adzaban-nar (dan lindungilah kami dari adzab neraka)
( QS. Al-Baqarah (2) : 201 )



Sumber Rujukan :
Al-Qur'an & Terjemahannya
Kitab Hadits : Riyadhush-Shalihin (Taman (Hati) Orang-orang Shalih/Baik), susunan : Imam Nawawi
http://abumushlih.com/bersegeralah.html/
http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/puasa-menahan-diri-demi-menggapai-ridho-illahi-5.html
http://rumaysho.com/belajar-islam/akhlak/3193-berlakulah-jujur.html
http://muslimah.or.id/fikih/shalat-witir.html



"Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah mudahkan baginya jalan menuju surga."
( HR. Muslim )

Puasa Syawal : jadikan puasa kita seperti puasa setahun penuh

BismiLLAH-ir-RAHMAN-ir-RAHIM,
Dengan menyebut nama ALLAH, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Seputar Puasa Syawal :
* 6 hari puasa Syawal, menjadikan puasa kita laksana puasa setahun penuh
* Puasa Syawal tidak harus berurutan, selama masih dalam bulan Syawal
* Usahakan untuk mengganti (meng-qodho) puasa Ramadhan yang tertinggal terlebih dahulu
* Boleh niat setelah Subuh (selama hari itu belum makan & minum), dan boleh dibatalkan sewaktu-waktu



6 hari puasa Syawal, menjadikan puasa kita laksana puasa setahun penuh

Dari Abu Ayyub Al Anshori, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Barangsiapa yang berpuasa Romadhon kemudian berpuasa 6 hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh.”
(HR. Muslim)

Dari Tsauban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa berpuasa 6 hari setelah hari raya Iedul Fitri, maka seperti berpuasa setahun penuh.
Barangsiapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh lipatnya.”
(HR. Ibnu Majah, derajat hadits : shahih)

Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan 10 kebaikan yang semisal hingga 700 kali lipat.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya."
( HR. Muslim )

Karena setiap kebaikan akan diberi pahala 10x lipat hingga 700x lipat, dan bahkan untuk puasa Allah telah menjanjikan pahalanya tanpa batas. Jadi kalau kita mendapat pahala minimal saja, kita mendapat pahala 10x lipat.
Jika kita telah melakukan puasa 1 bulan pada bulan Ramadhan, maka kita telah memperoleh pahala 10 bulan, maka jika kita menambahkan puasa 6 hari pada bulan Syawal, maka kita mendapat tambahan pahala 60 hari ( 2 bulan ), maka lengkaplah 12 bulan, itulah yang dimaksud dengan laksana berpuasa setahun penuh.



Puasa Syawal tidak harus berurutan, selama masih dalam bulan Syawal

Imam Nawawi dalam Syarh Muslim, 8/56 mengatakan, “Para ulama madzhab Syafi’i mengatakan bahwa paling afdhol (utama) melakukan puasa syawal secara berturut-turut (sehari) setelah shalat ‘Idul Fithri. Namun jika tidak berurutan atau diakhirkan hingga akhir Syawal maka seseorang tetap mendapatkan keutamaan puasa syawal setelah sebelumnya melakukan puasa Ramadhan.”

Catatan: Apabila seseorang memiliki udzur (halangan) seperti sakit, dalam keadaan nifas, sebagai musafir, sehingga tidak berpuasa enam hari di bulan syawal, maka boleh orang seperti ini meng-qodho’ (mengganti) puasa syawal tersebut di bulan Dzulqo’dah. Hal ini tidaklah mengapa. (Lihat Syarh Riyadhus Sholihin, 3/466)



Usahakan untuk mengganti (meng-qodho) puasa Ramadhan yang tertinggal terlebih dahulu


Karena puasa Ramadhan adalah wajib, sedangkan puasa Syawal adalah sunnah (mustahab).
Sehingga pendapat ulama yang kuat adalah menunaikan qodho' puasa Ramadhan terlebih dahulu, baru melaksanakan puasa Syawal.
Untuk wanita jika takut melewati bulan Syawal jika mengganti (mengqodho') puasa Ramadhan dahulu, mungkin bisa melakukan puasa Syawal terlebih dahulu ( wallohu a'lam / dan Allah yang lebih mengetahui, bisa coba ditanyakan ke ahli ilmu_red.)



Boleh niat setelah Subuh (selama hari itu belum makan & minum), dan boleh dibatalkan sewaktu-waktu

Beda puasa wajib dengan puasa sunnah antara lain pada niat dan pembatalan.

Puasa wajib :
Niat dari sebelum waktu Subuh
Tidak boleh dibatalkan, kecuali ada udzur syar'i (misal : sakit, musafir, haidh & nifas)

Puasa sunnah :
Boleh niat setelah waktu Subuh, selama belum makan & minum
Boleh dibatalkan sewaktu-waktu (misal : ada undangan makan, maka boleh membatalkan puasa, dan memenuhi undangan juga merupakan kebaikan)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendatangi Aisyah, lalu bertanya :
“Apakah engkau punya santapan siang ? Jika tidak ada maka aku akan berpuasa.”
( HR. Muslim )
dari hadits tersebut, dapat diketahui, bahwa niat puasa sunnah tidak harus dari sebelum Subuh, boleh berniat puasa sunnah bahkan ketika hari sudah siang selama belum makan & minum.



Semoga Allah memudahkan kita dalam kebaikan.

Taqobalallahu minna wa minkum ( Semoga Allah menerima (amal) dari kami & (amal) dari kalian),
Taqobal ya Karim ( Terimalah wahai Yang Maha Mulia )


Sumber Rujukan :

http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/puasa-enam-hari-di-bulan-syawal.html
http://www.rumaysho.com/hukum-islam/puasa/2709-jangan-lupa-lakukan-puasa-syawal.html
http://www.rumaysho.com/hukum-islam/puasa/2712-lima-faedah-puasa-syawal.html
http://www.rumaysho.com/hukum-islam/puasa/2649-ganjaran-untuk-mereka-yang-berpuasa-.html