Sunday, May 15, 2011

Kesederhanaan & Amanah Sang Pemimpin ( Umar bin Abdul Aziz )

Di masanya, Umar mencetak uang pecahan dan terdapat tulisan
” Amarollohu bilwafaa wal-adl ” artinya Allah memerintahkan untuk menunaikan amanah dan berbuat adil.



Umar bin Abdul Aziz & Kesederhanaan




Kain terhalus & terkasar

Datang seorang pedagang kain kepada khlaifah Umar bin Abdul Aziz untuk menawarkan sepotong kain seharga 8 dirham.

Umar bin Abdul Aziz pun berkata :
"Kain ini bagus, tetapi sayang masih agak halus."

Mendengarnya, pedagang tersebut berkata :
"Dulu semasa Anda menjadi amir di Madinah, aku sering menjual kain dengan harga 5000 dirham kepada Anda. Itu pun Anda masih berkata bahwa kainnya bagus tetapi kain tersebut masih termasuk kasar."

Itulah kesederhanaan Umar bin Abdul Aziz setelah menjadi khalifah,
dahulu kain seharga 5000 dirham, menurutnya masih agak kasar (dia masih menginginkan yang lebih bagus lagi),
saat sudah menjadi khalifah, kain seharga 8 dirham masih terasa halus (kalau bisa dia mengharapkan yang lebih murah lagi)




Sepotong Pakaian

Saat Umar bin Abdul Aziz sakit, Maslamah saudara laki-laki Fatimah menjenguknya.
Pakaian Umar terlihat kotor, sehingga Maslamah pun berkata kepada Fatimah :

"Hai Fatimah! tolong kau ganti pakaiannya itu."
"Baik...", jawab Fatimah.

Esok harinya Maslamah bin Abdul Malik datang lagi.
Dilihatnya pakaian Umar masih tetap seperti kemarin.
Dia pun berkata lagi kepada Fatimah :

"Ya Fatimah! gantikan pakaian Amir mukminin dengan yang lebih baik, sebab banyak rakyat yang akan berkunjung!"
"Dia tidak mempunyai pakaian yang lain selain yang dipakainya itu," jawab Fatimah.




Seorang Tukang Batu

Suatu hari seorang wanita Mesir ingin menemui khalifah Umar bin Abdul Aziz di rumahnya.
Sesampainya di rumah yang sederhana, dia melihat seorang wanita cantik duduk dengan pakaian sederhana sedang memerintahkan seorang tukang batu memugar pagarnya yang runtuh.
Wanita Mesir itu terkejut, saat menyadari wanita tersebut Fatimah binti Abdul Malik (istri Umar bin Abdul Aziz), wanita yang terkenal paling kaya.
Wanita Mesir tersebut terlihat gugup, sehingga Fatimah segera menenangkannya dan menanyakan maksud kedatangannya.

Sebelum menjawab, wanita itu berkata :
"Ya... sayyidati! mengapa engkau tidak menutup auratmu dari tukang batu itu?"

"Dia-lah amirul mukminin (pemimpin mukminin/khalifah --> Umar bin Abdul Aziz) yang sedang kau cari!," jawab Fatimah seraya tersenyum.




Umar bin Abdul Aziz & Amanah

Suatu hari menjelang malam datanglah seorang utusan dari salah satu kota kepada beliau.
Setelah utusan itu masuk, Umar memerintahkan pelayan untuk menyalakan lilin yang besar.

Umar pun bertanya kepada utusan tersebut tentang keadaan penduduk & kaum muslimin di sana, bagaimana perilaku gubernur, bagaimana harga-harga barang, bagaimana anak-anak - orang muhajirin & Anshor - para ibnu sabil, & orang-orang miskin.
Apakah hak-hak mereka sudah ditunaikan? Apakah ada pengaduan?
Utusan tersebut menyampaikan segala yang diketahuinya tentang keadaan kota. Ketika semua pertanyaan Umar telah selesai dijawab, utusan tersebut balik bertanya kepada Umar.

"Ya Amirul Mukminin, bagaimana keadaanmu, dirimu, & badanmu?
Bagaimana keluargamu, seluruh pegawai &orang-orang yang menjadi tanggung jawabmu?

Umar pun kemudian meniup mematikan lilin, lalu berkata, "Wahai pelayan, nyalakan lampunya!"

Lalu dinyalakanlah sebuah lampu kecil yang hampir-hampir tidak bisa menerangi ruangan karena cahayanya yang teramat kecil.
Umar melanjutkan perkataanya, "Sekarang bertanyalah apa yang kamu inginkan."

Utusan tersebut bertanya tentang keadaan Umar. Umar memberitahukan tentang keadaan dirinya, anak-anaknya, istri & keluarganya.
Rupanya utusan tersebut sangat tertarik dengan tindakan Umar mematikan lilin.
Lalu dia pun bertanya, "Ya Amirul Mukminin, aku melihatmu melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan."
"Apa itu?", tanya Umar.

"Engkau mematikan lilin ketika aku menanyakan keadaanmu & keluargamu."

Umar berkata, "Wahai hamba Allah, lilin yang kumatikan itu adalah harta Allah, harta kaum muslimin.
Ketika bertanya kepadamu tentang urusan mereka maka lilin itu dinyalakan demi kemaslahatan mereka.
Begitu kamu membelokkan pembicaraan tentang keluarga & keadaanku, maka aku pun mematikan lilin milik kaum muslimin".






Sumber Rujukan :

1. Buku : Wanita-Wanita Pilihan, Abdul Badi' Shaqr, penerbit : Qisthi Press

bagian kisah Fatimah binti Abdul Malik

2. www.majalah-elfata.com

Tuesday, May 10, 2011

Baik, Sebaik-baik, Terbaik

Kita manusia...
makhluk...
tak ada makhluk yang sempurna...

tapi tak sempurna bukan berarti tidak bisa menjadi baik...
berusaha menjadi "baik", menjadi yang "sebaik-sebaik", menjadi "terbaik" yang kita bisa...
"terbaik" bukan berlomba dengan luar diri kita,
tetapi "terbaik" dengan berlomba dengan ada yang ada dalam diri kita...
"memperbaiki" kekurangan...
"mengoptimalkan" kelebihan...
"menguatkan" kelemahan...

Ofi, 2011

Friday, February 25, 2011

Access for Difable

Sunday, February 13, 2011

Wahai Saudaraku, Apakah Islam mengajarkan yang demikian (kekerasan)?

Bismillahirrahmanirrahim,
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,



Sedih sekali mendengar kekerasan terjadi,
dan lebih menyedihkan lagi kekerasan tersebut disandarkan atas nama agama...

Kekerasan... sesuatu yang sangat menyakitkan,
sesuatu yang tidak dibenarkan, dari segi manapun...

Saat ada kasus penyerangan & kekerasan atas nama agama,
lalu sampai teralirkan darah...
hati ini, jiwa ini, begitu sakit mendengarnya...
sebagai manusia, sebagai manusia beriman, sebagai seorang muslim/muslimah, sebagai bangsa Indonesia...

Kasus penyerangan terhadap warga Ahmadiyah, pengeboman atas nama jihad,
darah teralirkan, korban nyawa berjatuhan...
atas nama apa hal tersebut dilakukan?
atas nama agama? atas nama Islam?

Islam...
ingatkah wahai saudaraku, apa arti Islam?
bukankah kata Islam berarti keselamatan...


Wahai saudaraku, ingatkah bagaimana nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

"Orang Islam adalah orang yang kaum muslimin lainnya terhindar dari gangguan lidah(lisan) & tangannya,"
( HR. Bukhari & Muslim )

"Setiap muslim terhadap muslim yang lain adalah haram darahnya, harga dirinya, dan hartanya".
( HR Muslim )

Dalam hadits lain Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Demi Allah, saya bersumpah, seseorang itu belum bisa dikatakan beriman.
( Demi Allah, seseorang itu belum bisa disebut beriman. Demi Allah, seseorang belum bisa disebut beriman)."
Seorang sahabat bertanya, "Siapakah orang yang Anda maksud dengan tidak beriman tersebut, wahai Rasulullah?"
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Yaitu orang yang membuat tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya."
( HR. Bukhari & Muslim )

Jika kita mengingat kembali hadits tersebut,
lalu bagaimana engkau bisa menyerang & menyakiti orang lain wahai saudaraku?
Ahmadiyah, siapapun mereka, tidak hak (benar) kita menyakitinya...
jika Ahmadiyah adalah masih bagian dari Islam, maka engkau telah menyakiti saudaramu, yang seharusnya mereka selamat dari gangguan lisan & tanganmu,
jika Ahmadiyah bukan bagian dari Islam, maka engkau telah menyakitinya, paling tidak mereka tetanggamu, mereka manusia ciptaan Allah...
atau siapapun Ahmadiyah... tidak hak (benar) bagi kita menyerang & menyakitinya...

Wahai saudaraku, yang ikut terlibat dalam pengeboman,
atas nama apa engkau melakukannya?
jika engkau melakukannya atas nama Islam, atas nama jihad fiy sabilillah (berjuang di jalan Allah),
tepatkah tindakan yang engkau pilih? langkah & jalan yang engkau tempuh?
jika engkau mengatakan ingin memerangi kaum kuffar (orang kafir), bahkan korban yang berjatuhan tak sedikit dari kaum muslimin (orang Islam),

Wahai saudaraku,
bukankah Allah telah berfirman :

Dan tidak patut bagi seorang yang beriman membunuh seorang yang beriman (yang lain), kecuali karena tersalah (tanpa sengaja).
( QS. An-Nisaa (4) : 92 )

Dan janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali dengan suatu (alasan) yang hak (benar).
( QS. Al-Isro (17) : 33 )

Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik.
Berdo'alah kepada-NYA dengan rasa takut dan penuh harap.
Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaiakn.
( QS. Al-A'raf (7) : 56 )



Wahai saudarakau, lalaikah engkau atas firman-firman Allah tersebut?

Kekerasan, pembunuhan diri manusia telah terjadi sejak zaman Adam hingga saat ini,
pembunuhan pertama kali terjadi pada anak Adam, sebagaimana yang Allah kisahkan dalam surat Al-Ma'idah (5) ayat 27-31,
Maka nafsu (Qobil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah dia termasuk orang yang rugi.
( QS. Al-Ma'idah (5) : 30 )


Begitu juga pada zaman Bani Israil, dan Allah menetapkan hukum-NYA, sebagaimana dalam surat Al-Ma'idah (5) ayat 32,
Allah ta'ala berfirman :

"Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang siapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain*, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia.**
Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia.
Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas.
Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.
( QS. Al-Ma'idah (5) : 32 )

* ada yang namanya hukum Qishosh, yaitu orang yang telah membunuh orang lain boleh dibunuh
** Ketetapan ini berlaku untuk semua umat manusia (bukan hanya untuk Bani Isroil saja), Allah memandang bahwa membunuh seseorang seperti membunuh semua manusia, begitu juga sebaliknya (menolong seseorang seperti menolong semua manusia)

Dan Allah juga menguatkannya dengan menyampaikannya lewat lisan Rasul-NYA,
dari Abdullah bin 'Amr, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Sungguh hancurnya dunia itu lebih ringan di sisi Allah daripada terbunuhnya seorang muslim."
( HR. An-Nasa'i )



Ingatlah wahai saudaraku, membunuh seorang muslim saja lebih besar daripada kehancuran dunia di sisi Allah,

Bahkan jika mereka kaum kuffar (orang kafir), kita juga tidak dibenarkan untuk membunuhnya,
Rasululllah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Barang siapa membunuh seorang mu'ahid (orang kafir yang ada ikatan perjanjian) maka ia tidak akan mencium bau surga, padahal baunya bisa dirasakan dari harak sejauh 40 tahun perjalanan."
( HR. Bukhari )

Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Barangsiapa membunuh seorang kafir dzimmi, maka dia tidak akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan 40 tahun."
( HR. An Nasa’i, derajat hadits : shohih )

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda :
"Jauhilah 7 dosa yang membinasakan."
Kemudian ada yang mengatkan, "Wahai Rasulullah, apa dosa-dosa tersebut?"
Lalu beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengatkan (di antaranya),
"Berbuat syirik, sihir, membunuh jiwa yang Allah haramkan tanpa jalan yang benar, memakan hasil riba..."
( HR. Bukhari & Muslim )


Wahai saudaraku, lalu atas nama apa engkau menyerang manusia? menumpahkan & mengalirkan darahnya?
jika engkau mengatakan atas nama Islam, bahkan Allah tuhan kita telah melarangnya dengan sangat jelas, dan DIA juga memperingatkannya lewat lisan Rasul-NYA... tidak ada pembenaran terhadap kekerasan & pembunuhan manusia, baik terhadap seorang muslim atau orang kafir***...

*** Ada 4 pembagian terhadap orang kafir, 3 diantaranya haram untuk dibunuh, ke-4 macam orang kafir tersebut adalah :
1. Kafir Dzimmi,
(orang kafir yang membayar jizyah/upeti yang dipungut tiap tahun sebagai imbalan bolehnya mereka tinggal di negeri kaum muslimin)
2. Kafir Mu’ahid,
(orang-orang kafir yang telah terjadi kesepakatan antara mereka dan kaum muslimin untuk tidak berperang dalam kurun waktu yang telah disepakati)
3. Kafir Musta’man,
(orang kafir yang mendapat jaminan keamanan dari kaum muslimin atau sebagian kaum muslimin)

sedangkan orang kafir selain 3 di atas yaitu :
4. Kafir Harbi,
yaitu orang kafir yang menampakkan permusuhan dan menyerang kaum Muslimin, kafir inilah yang boleh diperangi

Maka orang-orang kafir yang masuk suatu wilayah dengan perjanjian tidak boleh dibunuh, pada zaman sekarang misalnya orang-orang kafir yang masuk dengan izin, visa, dan lain sebagainya,



Wahai saudaraku,
aku percaya engkau bermaksud baik, membela Islam, agama yang kita cintai, menegakkan hak-hak Allah,
tapi bukankah kebaikan seharusnya dilakukan di atas kebenaran....


Wahai saudaraku, yang ikut dalam penyerangan terhadap kaum Ahmadiyah,
Mereka (kaum Ahmadiyah) mempunyai aqidah (keyakinan) bahwa ada nabi setelah nabi Muhammad (Mirza Ghulam Ahmad sebagai seorang nabi),
padahal sudah jelas bagi kita bahwa nabi Muhammad adalah nabi terakhir, nabi penutup, nabi akhir zaman,
dan itu yang membuat kita menyatakan kesesatan aqidah (keyakinan) mereka...
aku percaya engkau wahai saudaraku ingin menegakkan aqidah Islam, tapi sudah tepatkah jalan yang engkau tempuh wahai saudaraku?
sudah tepatkah langkah yang engkau ambil?

Wahai saudaraku, ingatkah engkau kisah Musailamah yang mengaku sebagai nabi, padahal saat itu nabi Muhammad bahkan masih hidup...
lalu datanglah utusan Musailamah al-Kadzab (sang pendusta) kepada nabi Muhammad menyampaikan surat untuk beliau,

Muhammad Rasulullah berkata kepada utusan (delegasi) Musailamah :
"Seandainya para utusan (delegasi) boleh dibunuh, tentulah aku akan memotong leher kalian berdua".
( HR. Ahmad & Abu Dawud )

Rasulullah, setelah membaca surat Musailamah, lalu berkata kepada kedua utusan tersebut :
"Apa pendapat kalian berdua?”
Keduanya menjawab: “Kami berpendapat sebagaimana yang ia sampaikan”.
( maksudnya, kedua utusan itu mengakui kenabian Musailamah Al Kadzab )

Lihatlah bagaimana sikap nabi kita, beliau membiarkan utusan tersebut, dari hadits tersebut kita dapat mengambil pelajaran & teladan,
betapapun geramnya hati kita, kita tidak boleh membunuhnya...



Wahai saudaraku, yang ikut terlibat dalam pengeboman,
ingatkah bagaimana sikap Nabi kita terhadap orang kafir?

Kaum Quraisy mengutus Abu Rafi’ kepada Rasulullah,
lalu masuklah iman ke hatinya, maka ia (Abu Rafi') berkata:
"Wahai, Rasulullah. Saya tidak ingin kembali, dan ingin tinggal bersama kalian sebagai muslim”.
Lalu Rasulullah bersabda, “Saya tidak akan melanggar perjanjian, dan tidak akan menahan utusan (delegasi).
Maka kembalilah kepada mereka dalam keadaan aman.
Jika kamu dapati setelah itu di hatimu apa yang ada sekarang, maka kembalilah kepada kami."

Lihatlah bagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memperlakukan orang kafir,
Abu Rafi' yang saat itu masih musyrik, menyatakan beriman dan ingin masuk Islam,
Rasulullah membeiarkannya untuk kembali kepada kaumnya dahulu untuk meyakinkan keimanannya,
jika dia benar-benar beriman maka Rasulullah menerima kedatangannya kembali sebagai muslim,



Nabi Muhammad bersikap terhadap orang kafir...

Lihatlah bagaimana indahnya sikap nabi kita, teladan kita,
bagaimana dia bersikap kepada orang kafir....

Ingatkah engkau bagaimana Rasulullah hingga akhir hidupnya dahulu senantiasa memberi makan seorang pengemis Yahudi yang buta, padahal pengemis tersebut selalu mencaci maki Muhammad saat beliau menyuapi pengemis tersebut, dan pengemis tersebut baru mengetahui bahwa seseorang yang dahulu senantiasa menyuapinya adalah Muhammad orang yang selalu dicaci maki olehnya setelah beliau tidak datang lagi lalu Abu Bakar ganti mendatanginya, mengetahui hal tersebut, maka pengemis tersebut pun akhirnya menyatakan beriman, setelah merasakan indahnya akhlak nabi Muhammad...

Nabi kita Muhammad juga bermu'amalah (berhubungan dalam urusan bisnis & kehidupan sehari-hari) dengan kaum ahli kitab (Yahudi, Nasrani),
beliau membeli kain untuk pakaiannya dari kaum ahli kitab,
beliau menggadaikan baju besinya pada orang Yahudi,
beliau bersikap baik terhadap orang kafir dalam kehidupan sehari-hari, tetapi beliau berlepas diri dalam masalah yang berhubungan dengan peribadahan mereka,
sebagaimana yang Allah telah firmankan dalam surat Al-Kafirun,
dalam salah satu ayatnya :

"Lakum diinukum walii yadiin",
"Untukmu agamamu, dan untukku agamaku."

( QS. Al-Kafirun (109) : 6 )

Kita wajib (harus) berbuat baik terhadap orang kafir, tetapi kita bukan mencintai mereka sebagaimana kita mencintai saudara kita (saudara sesama Islam). Kita bersikap baik terhadap orang kafir dalam kehidupan sehari-hari, tetapi berlepas diri dari sesuatu yang berhubungan dengan peribadahan orang kafir.


Wahai saudaraku,
kekerasan... adakah kebaikan padanya?
ingatlah bagaimana Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam mengajarkan kita tentang kelembutan,

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelemah-lembutan dalam segala hal."
( HR. Bukhari & Muslim )

"Tidaklah sikap lemah-lembut pada sesuatu pada sesuatu melainkan ia menghiasinya, dan tidaklah sikap lemah-lembut itu dicabut dari sesuatu melainkan ia memperburuknya."
( HR. Muslim )


Wahai saudaraku,
ingatlah, sungguh Allah Maha Pengampun & Maha Penyayang ( Ghofurur-Rahim, Al-Ghofur & Ar-rahim ),
Allah Maha Penerima Taubat & Maha Penyayang ( Tawabur-Rahim)
selalu ada ampunan-NYA untuk kita, jika kita memohon ampun pada-NYA,
selalu terbuka pintu taubat-NYA, jika kita ingin memasukinya,
tidak ada kata terlambat, selama nyawa belum sampai tenggorokan, selama matahari belum terbit dari barat,
selalu terbuka pintu taubat-NYA....

Wahai saudaraku,
kembalilah ke jalan lurus-NYA, jalan yang diridhai-NYA, jalan terang-NYA,
jalan yang ditunjukan dalam Al-Qur'an dan dalam sunnah Rasul-NYA

Semoga negeri kita menjadi negeri yang aman,
negeri yang diberkahi oleh Allah subhanahu wa ta'ala,
negeri yang baik kehidupannya,
negeri yang baik akhlaknya sesama manusia,
negeri yang baik dalam beribadah pada Alalh subhanahu wa ta'ala,

Do'a bagi keamanan negeri & berlindung dari syirik :
Robbij'al haadzaal balada aaminaan
( Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman,)
waj nubnii wa baniyya anna'budal ashnam
( dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala )
( QS. Ibrohim (14) : 35 )

Semoga kita semua dapat mewujudkan...
negeri yang aman,
negeri yang tenang & tentram,
negeri yang damai,
negeri yang selamat,
dengan menjadi hamba yang pengasih & penyayang...
seperti kita senantiasa menyebut nama-NYA yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang ( Bismillahir-Rahmanir-Rahim )

Hanya dari Allah keselamatan, dan hanya kepada-NYA kita memohon & bertawakal,

Aamiin, ya Robb-al 'alamin... (Kabulkanlah, wahai Tuhan semesta alam)





Sumber rujukan :
Al-Qur'an & Terjemahannya
Kitab Hadits : Riyadhush-Shalihin, karya Imam Nawawi
Janganlah Berbuat Kerusakan di Bumi, Majalah As-Sunnah edisi 01/Thn. XIV, April 2010
http://muslim.or.id/manhaj/terorisme-pengeboman.html
http://rumaysho.com/belajar-islam/jalan-kebenaran/2632-hukum-membunuh-atau-qngebomq-orang-kafir.html
http://almanhaj.or.id/content/2569/slash/0
http://almanhaj.or.id/content/2853/slash/0
http://muslim.or.id/manhaj/akal-dan-agama-mana-yang-mengatakan-ngebom-itu-jihad.html




"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi yang lain."
( Muhammad, HR. Thobroni & Daruqutni )

"Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah mudahkan baginya jalan menuju surga."
( Muhammad, HR. Muslim )

Ada Do’a dalam Ucapan Salam

Bismillahirarahmanirrahim,
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,


"Assalamu'alaikum"... "wa rahmatullahi"... "wa barakatuh"
ucapan salam, yang sudah amat sering kita dengar...
sebagai pembuka acara... sebagai pembuka pertemuan...
saat bertemu dengan saudara-saudara kita...

Kita sering mendengarnya...
kita hafal sekali...
bukan hal yang asing bagi kita...
sudahkah kita memahami apa arti ucapan tersebut?

atau ucapan tersebut sekedar terucap "begitu saja"?
dan terdengar "biasa saja"?

As-salam = keselamatan
'alaikum = atas kalian
wa rahmatullahi = dan rahmat (kasing sayang) Allah
wa barakatuh = dan berkah-NYA


Saat seseorang mengucapkan salam kepada kita...
Itu berarti dia sedang mendo'akan kita...
memohon keselamatan, rahmat, & berkat dari Allah untuk kita...
bukankah hal ini merupakan kebaikan?

maka, sudah sepantasnya kita membalas mendo'akannya, yaitu dengan menjawab ucapan salam tersebut...

Allah memerintahkan kita untuk membalas kebaikan dengan kebaikan yang lebih baik atau minimal yang serupa,
Allah ta'ala berfirman :

“Dan apabila kamu diberi penghormatan dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa).”
Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu.
(QS. An-Nisa’ (4) : 86)

Jika saudara kita mengucapkan :
Assalamu'alaikum,
maka jawablah minimal dengan "Wa'alaikumus-salam",
lebih baik jika kita tambahkan "wa rahmatullahi",
lebih baik lagi ditambah "wa barakatuh",
dan yang paling baik ditambah lagi "wa maghfiratuh" (dan ampunan-NYA)

Ucapan salam juga merupakan hak muslim atas muslim yang lainnya (hak sesama Muslim), sebagaimana yang terdapat dalam hadits :

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Hak muslim pada muslim yang lain ada enam.”
Lalu ada yang menanyakan,
”Apa saja keenam hal itu?”
Lantas beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam padanya,
(2) Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya,
(3) Apabila engkau dimintai nasehat, berilah nasehat padanya,
(4) Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’),
(5) Apabila dia sakit, jenguklah dia, dan
(6) Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).”
(HR. Muslim)

Hak yang dimaksud adalah sesuatu yang tidak pantas untuk ditinggalkan, hak tersebuat ada yang bersifat wajib dan ada yang bersifat sunnah mu’akkad (sunnah yang sangat dianjurkan),
Mengenai ucapan salam para ahli ‘ilmu berdasarkan Al-Qur’an & Hadits mengatakan bahwa memulai ucapan salam adalah sunnah, sedangkan menjawab salam adalah wajib,

Lalu bagaimana sebaiknya memulai ucapan salam?

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Hendaklah orang yang berkendaraan memberi salam pada orang yang berjalan.
Orang yang berjalan memberi salam kepada orang yang duduk.
Rombongan yang sedikit memberi salam kepada rombongan yang banyak.”
(HR. Bukhari)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Yang muda hendaklah memberi salam pada yang tua. Yang berjalan (lewat) hendaklah memberi salam kepada orang yang duduk. Yang sedikit hendaklah memberi salam pada orang yang lebih banyak.”
(HR. Bukhari)

Jika orang yang bertemu sama-sama memiliki sifat yang sama yaitu sama-sama muda, sama-sama berjalan, atau sama-sama berkendaraan dengan kendaraan yang jenisnya sama, maka di antara kedua pihak tersebut sama-sama diperintahkan untuk memulai mengucapkan salam. Yang mulai mengucapkan salam, itulah yang lebih utama.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Dua orang yang berjalan, jika keduanya bertemu, maka yang lebih dulu memulai mengucapkan salam itulah yang lebih utama.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod dan Al Baihaqi dalam Sunannya)

Namun jika orang yang seharusnya mengucapkan salam pertama kali tidak memulai mengucapkan salam, maka yang lain hendaklah memulai mengucapkan salam agar salam tersebut tidak ditinggalkan. Misalnya, yang lebih tua memberi salam pada yang lebih muda, sehingga kita tetap memperoleh kebaikan salam,

Begitu indahnya & kebaikan dalam ucapan salam,
Rasulullah mengajarkan kita untuk saling mengucapkan salam & menebarkan salam,


Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
“Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman.
Kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai.
Maukah aku tunjukkan pada kalian suatu amalan yang jika kalian melakukannya kalian akan saling mencintai?
Sebarkanlah salam di antara kalian.”
( HR. Muslim )

Bukankah kita menginginkan kebaikan untuk saudara kita sebagaimana kita menginginkan kebaikan untuk diri kita?
Maka mengucapkan salam berarti kita memohonkan kebaikan untuk saudara kita...

Maka ucapkanlah salam untuk saudara (se-Islam),
baik yang kita kenal maupun yang tidak kita kenal...

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bahwasanya ada seseorang yang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Amalan islam apa yang paling baik?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab,
“Memberi makan (kepada orang yang butuh)
dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenali dan kepada orang yang tidak engkau kenali. ”
( HR. Bukhari )

Namun, ucapan salam kini hanya sebatas untuk orang yang sudah kita kenal,
padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengajarkan untuk menebar salam untuk saudara seiman,
jika kita mengetahui dia muslim, meski mungkin tidak mengenalnya,

fenomena ini sudah Rasulullah kabarkan,

“Di antara tanda-tanda (dekatnya) hari kiamat adalah seseorang melewati masjid yang tidak pernah dia shalat di sana,
lalu dia hanya mengucapkan salam kepada orang yang dia kenali saja.”
( HR. Ath-Thobroniy, Ath-Thohawiy, Al-Baihaqi )

Sedangkan untuk non-Muslim, kita tidak dianjurkan untuk mengucapkan salam,
tapi ucapan untuk non-Muslim adalah :
“Assalamu ‘ala man ittaba‘a Al-Huda” (semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada yang mengikuti petunjuk)

namun jika mereka mengucapkan salam kepada kita maka kita jawab dengan :
Wa'alaikum (dan juga atas kalian), tanpa kata "As-salam"

“Apabila ahli kitab (Yahudi & Nashrani) mengucapkan salam kepada kalian, maka jawablah, “Wa ‘alaikum (dan juga atas kalian ).”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim )



Fadhilah (keutamaan) ucapan salam :

1. Mengucapkan Salam dapat Mencapai Kesempurnaan Iman
Dari ‘Amar bin Yasir, beliau mengatakan,
“Tiga perkara yang apabila seseorang memiliki ketiga-tiganya, maka akan sempurna imannya: [1] bersikap adil pada diri sendiri, [2] mengucapkan salam pada setiap orang, dan [3] berinfak ketika kondisi pas-pasan. ”
( Diriwayatkan oleh Bukhari )

2. Saling Mengucapkan Salam akan Menimbulkan Rasa Cinta
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan pada kalian suatu amalan yang jika kalian melakukannya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim)

Mengingat indahnya & kebaikan dalam ucapan salam, maka alangkah baiknya jika kita menuliskan ucapan salam kita menuliskannya dengan lengkap, karena kadang ada penulisan yang disingkat sehingga menjadi tidak seperti kata salam lagi,
Misalkan dituliskan dengan Ass, atau Ass.wr.wb,
bukankah ucapan salam adalah kata-kata do’a atau permohonan? Maka jika kita singkat lalu menjadi sesuatu yang tidak punya arti lagi, apakah masih ada ucapan do’a atau kebaikan padanya?
Maka sudah sepantasnya kita menulisakannya dengan lengkap, Assalamu’alaikum, atau Assalamu’alaikum warahmatullah, atau Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…

As-Salam juga merupakan salah satu nama & sifat Allah yang terdapat dalam Asma-ul Husna (Nama-nama Terbaik), sehingga saat kita mengucapkan kata As-salam kita mendo’akan saudara kita penjagaan Allah untuknya dan keselamatan baginya,

Semoga kita senantiasa senang mengucapkan salam...
mendo'akan saudara kita...

Wa billahi taufiq wal-hidayah
( Dan dari Allah taufik & hidayah)



Sumber Rujukan :
Al-Qur'an & Terjemahannya
Tebarkanlah Salam, oleh : Muhammad Abduh Tuasikal
http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/ucapkanlah-salam-jawablah-salam.html
http://al-atsariyyah.com/haramnya-mengucapkan-salam-kepada-orang-kafir.html
http://almanhaj.or.id/content/2006/slash/0



"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi yang lain."
( Muhammad, HR. Thobroni & Daruqutni )

"Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah mudahkan baginya jalan menuju surga."
( Muhammad, HR. Muslim )

Allah, tunggu ya aku lagi sibuk

Allah, aku sudah dengar suara adzan dari mushola
katanya adzan itu adalah panggilan agar kita melakukan sholat
aku tahu ini waktunya sholat Ashar...
waktunya memenuhi panggilan-MU...

Allah, Engkau Maha Mengetahui & Maha Melihat...
Engkau tahu kan kalau aku sedang asyik-asyiknya bermain...
Engkau tahu... aku lagi senang-senangnya... lagi kumpul sama teman-teman,permainan kita lagi seru-serunya ...
tunggu ya... aku penuhi panggilan-MU kalau kita sudah selesai main... kan waktu Ashar masih lama...

Langit sudah mulai menggelap...
Matahari sebentar lagi tenggelam...
Tapi aku dan teman-temanku belum juga selesai bermain,
nanggung, lagi seru... kita belum puas bermain...

Tapi langit semakin gelap, hari akan beranjak malam...
terpaksa kita pulang... tak jarang beberapa orang tua kita harus menjemput untuk "memaksa" kita pulang...
sampailah aku di rumah, saat hari menjelang malam...
sholat Ashar aku di penghujung waktu... yang penting sholat :p

Anak-anak kecil mulai berangkat ke mushola...
kita mengaji setelah Maghrib...
waktu Maghrib paling gampang buat sholat...
ngga ada godaan... semua orang lagi ngga beraktivitas...
kita bisa sholat tepat waktu...
Berangkat ke tempat ngaji punya kesenangan tersendiri...
kita ketemu teman-teman lagi...
asyik...bisa bermain :p ngaji sambil bermain :p

Kita biasa pulang sebelum Isya...
kalau nunggu Isya kemalaman...
jadi ya sholat Isya di rumah aja...

begitu sampai di rumah...
kita biasa menonton televisi... wah senang, "kotak ajaib", menghibur banget...
betah kita berlama-lama di nongkrongin televisi...
sholat Isya ntar-ntaran, Isya kan paling lama waktunya...
nanti ya Allah, aku sholat kalau udah mau tidur...

Acara di televisi sudah selesai...
aku pun sudah mengantuk...
orang tuaku mengingatkan untuk sholat Isya...
udah ngantuk banget nih...
meskipun masih harus ke kamar mandi juga, karena aku harus gosok gigi & cuci tangan & kaki sebelum tidur...
masih harus wudhu juga ya? malas... pengen langsung tidur habis ini...
dengan terpaksa wudhu juga...
kembali ke kamar... kasur terlihat begitu menggoda...
tapi masih harus sholat...
ya udahlah sholat dulu, paling ngga sampai 5 menit... yang penting sholat!

Aku masih menikmati tidur, saat aku dengar adzan Subuh...
waktunya bangun... ngga susah sih buat bangun...
tapi harus wudhu di sepagi ini... dingin...
tapi mau ngga mau harus aku lakukan juga... harus sholat Subuh

Aku mulai hari ini...
berangkat ke sekolah... kadang agak malas...
tapi begitu ingat kalau akan ketemu teman-teman dan permainan yang bisa kita lakukan waktu istirahat cukup memberikan semangat :p
Akhirnya selesai juga pelajaran hari itu...
asyik!! pulang sekolah, lalu main dengan teman-teman!
kita sudah merencanakan permainan yang akan kita lakukan siang nanti...
kalau saja dibolehkan, kita lebih senang kalau sepulang sekolah bisa langsung main...
tapi orang tua kita menyuruh kita untuk pulang dulu ke rumah,
ganti baju, makan siang, dan sholat Dzuhur!
mau ngga mau harus dituruti juga...
cepat-cepat ganti baju, makan juga secepatnya, dan sholat secepat mungkin...
kalau ada yang negur sholatnya cepat sekali...
aku jawab : ya cepat, kan bacaa'an do'anya sudah hafal, jadi cepat...
gimana ngga hafal, 5 kali sehari diulang-ulang...

Itulah hari-hari masa kecilku...
sholat-sholatku?
Subuh... kurasakan yang paling berat ambil wudhu saat udara masih dingin...
Dzuhur... aku lagi mau berangkat main, tak sabar segera main dengan teman-teman
Ashar... wah lagi seru-serunya main... ngga asyik kalau dihentikan buat sholat walaupun sholat ngga lama...
jadi sholat Ashar-ku lebih sering di penghujung waktu, tak jarang lewat begitu saja
Maghrib... ngga ada godaan, dan kita asyik-asyik aja, apalagi biasanya sholatnya berjama'ah, dan setelah itu ngumpul sama teman-teman
Isya... udah ngantuk! kenapa harus sholat dulu? kalau sudah ngga tahan ya langsung tidur!
main & dunia permainan yang paling menyenangkan & membahagiakanku
main... ngumpul ma teman-teman... bersenang-senang, main, dan main!

Aku beranjak remaja...
Sibuk dengan sekolahku dan kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler dan les...
mengejar cita-cita!
mulai hidup jauh dari keluarga...
sholat-sholatku?
Subuh... ngga seberat dulu... wudhu di pagi hari juga menyegarkan!
Dzuhur... wah mepet nih... pulang sekolah, makan siang, dan siap-siap beraktivitas lain... ekstra kurikuler, melakukan ini, melakuakan itu...
Ashar... lumayan longgar, tapi biasanya lagi asyik jalan...
Maghrib... sudah sampai... ngga terlalu banyak kendala
Isya... biasanya jadi penutup malam... setelah semua aktivitas selesai...
pas, gosok gigi, cuci tangan & kaki, wudhu... tidurnya jadi nyaman...
Hidup jauh dari keluarga, ngga ada yang ngingetin buat sholat lagi, jadi ya harus mengingatkan diri sendiri...

Kita mulai beranjak dewasa...
dewasa muda... mulai menemukan jati diri kita, kita mencari tahu apa yang kita butuhkan,
kemana kita akan mengarahkan diri-diri kita, kita harus lebih aktif memenuhi kebutuhan diri kita,
kita semakin "dilepas", belajar bergerak sendiri
"melihat realita", mempersiapkan diri untuk "berdiri di atas kaki sendiri",
mempersiapkan diri untuk "menjalani kehidupan di dunia nyata"
Sholat... kadang ngga mudah untuk menjaga sholat 5 waktu kita, sholat pada waktunya...
waktu terasa sempit, di antara padatnya jawal-jadwal kita...
Sholat-lah aku dengan begitu cepatnya, di antara aktivitas-aktivitasku,
yang penting sholat! seadanya, sekedarnya... yang penting gugur sudah kewajiban sholat...
ya... melaksanakan sholat tak jarang hanya sekedar menggugurkan kewajiban

Allah...
ternyata aku sering ya mengulur-ulur waktu memenuhi panggilan-MU...
dan saat penuhi panggilan-MU, aku melakukannya dengan secepat mungkin... seadanya, sekedarnya...
sebagai penggugur kewajibanku...
tapi ada kalanya aku memperhatikan sholatku...
saat aku merasa begitu membutuhkanmu,
saat aku memohon pada-Mu untuk mengabulkan permintaanku,
saat-saat itu, aku berusaha melakukan sholat dengan sebaik-baiknya, sebaik yang aku bisa...

Allah...
aku ingin menikmati sholat-sholatku...
aku ingin melakukan sholat sebaik-baiknya...
sholat yang khusyu... khusyu hatinya...
sholat yang tumaninah... dilakukan dengan tenang...

Allah...
aku baru mengetahui...
kalau Nabi Muhammad paling mencintai sholat...
sholat penyejuk hatinya...
Allah aku ingin seperti beliau...
yang sholat menjadi penyejuk hatinya, penenang hatinya

Allah...
aku juga baru mengetahui...
kalau hal pertama yang akan Engkau lihat pada kami adalah sholat kami...
kalau sholat kami baik, maka akan baik sesudahnya...
kalau sholat kamu buruk, maka akan berat sesudahnya...

Allah...
salah satu tanda mencintai-Mu...
adalah dengan banyak mengingat-MU... dzikrullah...
ternyata sholat juga dzikrullah...
sholat adalah munajat/do'a...
dalam sholat berisi begitu banyak permohonan yang sedang kami panjatkan...
tapi aku belum memahami makna-makna do'a yang aku panjatkan...
maka do'a-do'a itu tak lebih dari sekedar ucapan hafalan...

Allah bantu aku ya...
untuk memperbaiki sholatku...
untuk menikmati sholat-sholatku
untuk senantiasa merindukan sholat... mengingat-Mu... bermunajat pada-Mu...

Allah jauhkan aku dari melalaikan sholat...
lalai dari melaksanakannya...
atau aku melaksanakannya, tapi aku lalai waktunya (mengulur-ulurnya)...
atau aku melaksanakannya tapi hatiku entah kemana...

Allah... bantu aku untuk mewujudkan peribadahanku pada-MU...
hanya kepada Engkau kami beribadah, hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan
( Iyyaa-ka na'budu, wa iyyaa-ka nasta'iin )



Ayat-ayat Al-Qur’an seputar sholat :

Allah ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada ilah (Tuhan, yang berhak diibadahi dengan benar) selain Aku, maka beribadahlah kepada-KU dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku.”
( QS. Thohaa (20) : 14 )

“Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan dirikanlah sholat.
Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji & mungkar.
Dan ketahuilah mengingat Allah (sholat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain).

Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
( QS. Al-Ankabut (29) : 45 )

“…Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
( QS. An-Nisaa (4) : 13 )

“Katakanlah (Muhammad) kepada hamba-hamba-KU yang telah beriman, ‘Hendaklah mereka mendirikan sholat.’”
( QS. Ibrohim ( 14) : 31 )



Hadits-hadits seputar sholat :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Pokok segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah sholat, dan puncaknya adalah jihad (berjuang) di jalan Allah…”
( HR. Ahmad, derajat hadits : shohih )

“Perkara yang pertama kali dihisab (dihitung) dari seorang hamba pada hari Kiamat adalah sholat. Apabila sholatnya baik, maka seluruh amalnya pun baik. Apabila sholatnya buruk, maka seluruh amalnya pun buruk.”
( HR. Thobroni, derajat hadits : shohih )

“Perjanjian antara kita dengan mereka adalah sholat. Barangsiapa meninggalkannya, maka ia telah kafir.”
( HR. Ibnu Majah, At-Tirmidzi, An-Nasa-I, derajat hadits : shohih)
* maksudnya :
orang yang mengingkari wajibnya (menganggap sholat tidaklah wajib) sholat maka ia terhitung kafir,
sedangkan jika orang yang mengakui wajibnya sholat tapi tidak melaksanakannya karena enggan (malas) maka ia tidak kafir

“Antara seorang hamba dengan kekufuran dan iman adalah sholat. Apabila ia meninggalkan sholat maka ia telah berbuat syirik.”
( HR. Ath-Thobari, derajat hadits : shohih )
kufur dalam hadits di atas adalah kufur kecil yang tidak mengeluarkan dari Islam

“Luruskanlah dan mendekatlah, beramallah dan pilihlah. Dan ketahuilah sebaik-baik amal kalian adalah sholat. Dan tidaklah menjaga wudhu’, melainkan seorang mukmin.”
( HR. Ahamd, derajat hadits : shohih )

“Amalan apakah yang paling dicintai Allah?”
Rasulullah menjawab : “Mengerjakan sholat pada waktunya.”
“Kemudian apa?”
Rasulullah menjawab : “Kemudia berbakti kepada kedua orang tua.”
“Kemudian apa?”
Rasulullah menjawab : “Kemudia jihad (berjuang) di jalan Allah.”
( HR. Bukhori & Muslim )

“Perumpamaan sholat 5 waktu itu seperti sungai yang mengalir & penuh air di depan pintu salah seorang di antara kalian. Dia selalu mandi di sungai itu 5 kali sehari.”
( HR. Muslim )
maksudnya : saat kita mengerjakan sholat laksana mandi di sungai tersebut, sebagaimana mandi menghilangkan kotoran pada badan, sholat menghilangkan kotoran pada jiwa

“Sholat 5 waktu, hari Jum’at ke Jum’at berikutnya, dan bulan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya dapat menghapuskan berbagai kesalahan (dosa kecil) yang terjadi di antara semuanya jika ia menjauhi dosa-dosa besar.”
( HR. Muslim )

Nasihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabatnya Tsauban :
“Engkau harus memperbanyak bersujud (sholat). Sesungguhnya engkau tidak bersujud sekali saja kepada Allah, kecuali dengan sujud itu Allah akan mengangkatmu satu derajat dan menghapuskan satu kesalahan darimu.”
( HR. Muslim )

Nasihat (Pengingat) Indah

Bismillah,
Dengan menyebut nama Allah,


Allah ta'ala berfirman :
Sungguh, manusia berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman & mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
( QS. Al-'Asr (103) : 2-3 )


Para ulama (ahli ilmu), biasa menuliskan surat untuk sahabatnya, dan menuliskan kalimat berikut :

Pertama:
Barangsiapa memperbaiki amalan batinnya/hatinya, Allah pun akan memperbaiki amalan lahiriyahnya.

Kedua :
Barangsiapa memperbaiki hubungan antara dirinya dengan Allah, Allah akan memperbaiki hubungannnya dengan sesama manusia.

Ketiga :
Barangsiapa yang beramal demi tujuan akhirat, Allah akan mencukupkan urusan dunianya.


Dari nasihat di atas, dapat kita ambil pelajaran :

1. Berusaha menyeimbangkan amalan batin/hati dan amalan lahiriyah
Salah satu tanda keikhlashan & kejujuran adalah apa yang ada dalam hati sesuai dengan yang ditampakkan
Memperbaiki hati adalah awal dari memperbaiki diri (badan)


2. Memperbaiki hubungan dengan Allah dengan menunaikan hak-hak Allah, ber-akhlak baik kepada Allah, memurnikan ibadah & pendekatan diri hanya pada-NYA.
Jika kita senantiasa berakhlak baik kepada Allah, Allah akan memudahkan kita untuk berakhlak baik kepada sesama manusia,
salah satu tanda kecintaan Allah pada seorang hamba adalah dengan ditanamkannya cinta penduduk bumi (manusia) pada hamba tersebut

Dalam sebuah hadits Qudsi :
"Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka DIA akan berkata pada Jibril bahwa Allah mencintainya (hamba tersebut), maka cintailah hamba tersebut.
Maka Jibril pun mencintainya, kemudian Jibril menyeru kepada penduduk langit bahwa Allah mencintainya (hamba tersebut), maka cintailah hamba tersebut.
Maka penduduk langit pun mencintainya.
Kemudian, penduduk bumi pun menerima dirinya." ( ditanamkanlah kecintaan padanya di bumi )

( HR. Bukhari & Muslim )


3. Tujuan beramal/berbuat untuk mengharap ridho Allah subhnahu wa ta'ala, untuk tujuan akhirat, bukan cuma untuk tujuan dunia semata (memperoleh balasan kebaikan di dunia)
Jika hamba beramal untuk tujuan akhirat, Allah akan memberinya kebaikan di dunia & akhirat,
Jika hamba beramal hanya untuk tujuan dunia, Allah hanya kan memberinya kebaikan di dunia

Allah ta'ala berfirman :
Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia Kmai berikan kepadanya sebagian darinya (keuntngan dunia), tetrapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat.
( QS. Asy-Syura (42) : 20 )

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
Barangsiapa yang niatnya untuk tujuan akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, DIA akan menyatukan urusannya yang tercerai-berai, dunia pun akan dia peroleh & tunduk padanya.
Barangsiapa yang niatnya adalah untuk meraih dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai-beraikan urusannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.
( HR. Tirmidzi, derajat hadits : shohih )

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda :
Umat ini diberi kabar gembira dengan kemuliaan, kedudukan, agama, & kekuatan di muka bumi.
Barangsiapa dari umat ini yang melakukan amalan akhirat untuk meraih dunia, maka di akhirat dia tidak mendapatkan satu bagian pun.
( HR. Ahmad, Ibnu Hibban, derajat hadits : shohih )

Semoga kita senantiasa tergerak untuk melakukan kebaikan, dan mengajak kepada kebaikan. Semoga kita senatiasa menikmati pendekatan (ibadah) kita kepada Allah, memperbagus hubungan kita dengan-NYA, dan Allah senantiasa memudahkan kita untuk beramal demi mengharap keridhoan-NYA, Aamiin….

Sumber Rujukan :
Al-Qur'an & Terjemahannya
http://hadits-qudsi.blogspot.com/2010/01/kecintaan-allah-taala-terhadap-hambanya.html
http://nasehatrumaysho.wordpress.com/
http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/inginkah-anda-menjadi-orang-yang-ikhlas.html

“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.”