Sunday, May 15, 2011

Kesederhanaan & Amanah Sang Pemimpin ( Umar bin Abdul Aziz )

Di masanya, Umar mencetak uang pecahan dan terdapat tulisan
” Amarollohu bilwafaa wal-adl ” artinya Allah memerintahkan untuk menunaikan amanah dan berbuat adil.



Umar bin Abdul Aziz & Kesederhanaan




Kain terhalus & terkasar

Datang seorang pedagang kain kepada khlaifah Umar bin Abdul Aziz untuk menawarkan sepotong kain seharga 8 dirham.

Umar bin Abdul Aziz pun berkata :
"Kain ini bagus, tetapi sayang masih agak halus."

Mendengarnya, pedagang tersebut berkata :
"Dulu semasa Anda menjadi amir di Madinah, aku sering menjual kain dengan harga 5000 dirham kepada Anda. Itu pun Anda masih berkata bahwa kainnya bagus tetapi kain tersebut masih termasuk kasar."

Itulah kesederhanaan Umar bin Abdul Aziz setelah menjadi khalifah,
dahulu kain seharga 5000 dirham, menurutnya masih agak kasar (dia masih menginginkan yang lebih bagus lagi),
saat sudah menjadi khalifah, kain seharga 8 dirham masih terasa halus (kalau bisa dia mengharapkan yang lebih murah lagi)




Sepotong Pakaian

Saat Umar bin Abdul Aziz sakit, Maslamah saudara laki-laki Fatimah menjenguknya.
Pakaian Umar terlihat kotor, sehingga Maslamah pun berkata kepada Fatimah :

"Hai Fatimah! tolong kau ganti pakaiannya itu."
"Baik...", jawab Fatimah.

Esok harinya Maslamah bin Abdul Malik datang lagi.
Dilihatnya pakaian Umar masih tetap seperti kemarin.
Dia pun berkata lagi kepada Fatimah :

"Ya Fatimah! gantikan pakaian Amir mukminin dengan yang lebih baik, sebab banyak rakyat yang akan berkunjung!"
"Dia tidak mempunyai pakaian yang lain selain yang dipakainya itu," jawab Fatimah.




Seorang Tukang Batu

Suatu hari seorang wanita Mesir ingin menemui khalifah Umar bin Abdul Aziz di rumahnya.
Sesampainya di rumah yang sederhana, dia melihat seorang wanita cantik duduk dengan pakaian sederhana sedang memerintahkan seorang tukang batu memugar pagarnya yang runtuh.
Wanita Mesir itu terkejut, saat menyadari wanita tersebut Fatimah binti Abdul Malik (istri Umar bin Abdul Aziz), wanita yang terkenal paling kaya.
Wanita Mesir tersebut terlihat gugup, sehingga Fatimah segera menenangkannya dan menanyakan maksud kedatangannya.

Sebelum menjawab, wanita itu berkata :
"Ya... sayyidati! mengapa engkau tidak menutup auratmu dari tukang batu itu?"

"Dia-lah amirul mukminin (pemimpin mukminin/khalifah --> Umar bin Abdul Aziz) yang sedang kau cari!," jawab Fatimah seraya tersenyum.




Umar bin Abdul Aziz & Amanah

Suatu hari menjelang malam datanglah seorang utusan dari salah satu kota kepada beliau.
Setelah utusan itu masuk, Umar memerintahkan pelayan untuk menyalakan lilin yang besar.

Umar pun bertanya kepada utusan tersebut tentang keadaan penduduk & kaum muslimin di sana, bagaimana perilaku gubernur, bagaimana harga-harga barang, bagaimana anak-anak - orang muhajirin & Anshor - para ibnu sabil, & orang-orang miskin.
Apakah hak-hak mereka sudah ditunaikan? Apakah ada pengaduan?
Utusan tersebut menyampaikan segala yang diketahuinya tentang keadaan kota. Ketika semua pertanyaan Umar telah selesai dijawab, utusan tersebut balik bertanya kepada Umar.

"Ya Amirul Mukminin, bagaimana keadaanmu, dirimu, & badanmu?
Bagaimana keluargamu, seluruh pegawai &orang-orang yang menjadi tanggung jawabmu?

Umar pun kemudian meniup mematikan lilin, lalu berkata, "Wahai pelayan, nyalakan lampunya!"

Lalu dinyalakanlah sebuah lampu kecil yang hampir-hampir tidak bisa menerangi ruangan karena cahayanya yang teramat kecil.
Umar melanjutkan perkataanya, "Sekarang bertanyalah apa yang kamu inginkan."

Utusan tersebut bertanya tentang keadaan Umar. Umar memberitahukan tentang keadaan dirinya, anak-anaknya, istri & keluarganya.
Rupanya utusan tersebut sangat tertarik dengan tindakan Umar mematikan lilin.
Lalu dia pun bertanya, "Ya Amirul Mukminin, aku melihatmu melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan."
"Apa itu?", tanya Umar.

"Engkau mematikan lilin ketika aku menanyakan keadaanmu & keluargamu."

Umar berkata, "Wahai hamba Allah, lilin yang kumatikan itu adalah harta Allah, harta kaum muslimin.
Ketika bertanya kepadamu tentang urusan mereka maka lilin itu dinyalakan demi kemaslahatan mereka.
Begitu kamu membelokkan pembicaraan tentang keluarga & keadaanku, maka aku pun mematikan lilin milik kaum muslimin".






Sumber Rujukan :

1. Buku : Wanita-Wanita Pilihan, Abdul Badi' Shaqr, penerbit : Qisthi Press

bagian kisah Fatimah binti Abdul Malik

2. www.majalah-elfata.com

Tuesday, May 10, 2011

Baik, Sebaik-baik, Terbaik

Kita manusia...
makhluk...
tak ada makhluk yang sempurna...

tapi tak sempurna bukan berarti tidak bisa menjadi baik...
berusaha menjadi "baik", menjadi yang "sebaik-sebaik", menjadi "terbaik" yang kita bisa...
"terbaik" bukan berlomba dengan luar diri kita,
tetapi "terbaik" dengan berlomba dengan ada yang ada dalam diri kita...
"memperbaiki" kekurangan...
"mengoptimalkan" kelebihan...
"menguatkan" kelemahan...

Ofi, 2011