Bismillahir-Rahman-ir-Rahim,
Dengan menyebut nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Cobaan & Kesabaran
Allah ta'ala berfirman,
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan.
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar."
( QS. Al-Baqarah (2) : 155 )
Abu Hurairah berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Orang mukmin/beriman (baik laki-laki maupun perempuan) senantiasa mendapatkan cobaan, baik dirinya, anaknya maupun hartanya sehingga ia menghadap Allah subhanahu wa ta'ala tanpa membawa dosa'."
( HR. Tirmidzi, derajat hadits : hasan shahih )
"Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
( QS. Al-Baqarah (2) : 153 )
Bersabar Dengan Berlatih Sabar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Siapa saja yang menjaga kehormatan dirinya, maka Allah pun akan menjaganya,
dan barangsiapa yang merasa cukup, maka Allah akan mencukupinya.
Serta siapa saja yang menyabarkan dirinya, maka Allah pun akan memberikan kesabaran.
Seseorang tidak akan mendapatkan anugerah lebih baik dan lebih lapang melebihi kesabaran."
( HR. Bukhari & Muslim )
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Sungguh mengagumkan keadaan orang mukmin (beriman), keadaan mereka senantiasa mengandung kebaikan.
Tidak terjadi yang demikian itu kecuali bagi orang mukmin.
Jika mereka mendapatkan kesenangan, ia bersyukur. hal itu merupakan kebaikan.
Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar. Itu juga merupakan kebaikan."
( HR. Muslim ).
Macam-macam Kesabaran :
Secara garis besar, kesabaran ada 3 macam, yaitu :
1. Bersabar dalam melaksanakan ketaatan
2. Kesabaran terhadap segala perkara yang dilarang
3. Kesabaran terhadap cobaan yang menimpa
1. Bersabar Dalam Melaksanakan Ketaatan
Telah kita pahami, bahwa ketakwaan adalah melaksanakan yang Allah perintahkan dan menjauhi yang dilarang-NYA.
Kadang tidak mudah untuk kita melaksanakan perintah Allah subhanahu wa ta'ala, karena berarti kita harus "melakukan usaha", "berbuat", "bertindak", "beramal".
Misalkan sholat 5 kali sehari, kita harus meluangkan waktu kita untuk melaksanakannya, padahal mungkin kita "sibuk", "jadwal kita padat". Maka untuk melaksanakan sholat butuh kesabaran, meluangkan waktu kita, berusaha melaksanakan sholat dengan khusyu ( memahami makna sholat/do'a yang kita panjatkan ).
Allah ta'ala berfiman.
"Dan perintahkanlah keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam menjalankan perintah tersebut."
( QS. QS. Thooha (20) : 132 )
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada Abdul Qais yang terluka,
"Sesungguhnya di dalam dirimu ada 2 sifat yang disukai Allah, yaitu santun & sabar."
( HR. Muslim )
2. Kesabaran Terhadap Segala Perkara Yang Dilarang
Menjauhi larangan Allah subhanahu wa ta'ala juga memerlukan kesabaran, yaitu untuk menahan & mengendalikan diri agar kita tidak melakukan sesuatu yang dilarang, meski mungkin kita menginginkannya.
Yang dimaksud dengan kemaksiatan adalah lawan dari ketaatan, kemaksiatan adalah melanggar perintah Allah atau mengerjakan larangan Allah.
Manusia mempunyai banyak keinginan, pada hal yang diperbolehkan atau kadang pada hal yang dilarang.
Itulah yang disebut hawa nafsu ( hawa : keinginan, nafs : jiwa), manusia ingin makan, ingin minum, ingin bersenanng-senang, ingin melakukan "apa saja".
Jika manusia tidak menahan & mengendalikan dirinya, maka dia bisa berbuat "apa saja", "semaunya".
Di sinilah manusia memerlukan kesabaran, kesabaran yang akan membantu untuk menahan & mengendalikan diri dari kemaksiatan.
Sebagian ulama salaf (terdahulu) mengatakan :
"Setiap orang yang baik maupun yang fajir (pelaku kemaksiatan) turut melakukan kebaikan. Namun hanya orang yang "shiddiq (benar) " yang mampu meninggalkan seluruh perkara maksiat (yang dilarang)."
Manusia terlahir fitrah (suci), namun dalam kehidupannya melakukakan kesalahan (baik disadari/sengaja ataupun tidak disadari/tidak sengaja).
Kesabaran yang akan membantu untuk menjaga dari kesalahan.
3. Kesabaran Terhadap Cobaan Yang Menimpa
Cobaan, sesuatu yang "kurang menyenangkan", atau yang biasa kita sebut dengan "musibah".
Sudah ketentuan Allah subhanahu wa ta'ala, suka & duka, nikmat & cobaan.
Salah satu rukun iman adalah mengimani qodho & qodar ( takdir baik & takdir buruk ).
Iman terhadap qodho & qodar Allah, takdir-NYA yang baik & yang buruk, bahwa segala sesuatu sudah Allah tuliskan dalam kitab Lauh Mahfudz.
Suka & duka, nikmat & cobaan adalah sesuatu yang pasti, "mau tidak mau" kita menghadapinya, "suka tidak suka" kita menerimanya, kesabaran lah yang akan membantu kita untuk menghadapinya, sehingga apapun yang terjadi dalam kehidupan kita, kita merasa baik, merasa tenang, merasa bahagia.
Kesabaran dalam mengahadapi cobaan inilah, kesabaran yang paling kita pahami. Sudah mahfum (paham) bagi kita, bahwa untuk menjalani kehidupan & menghadapi cobaan kita perlu kesabaran, sehingga saat ada cobaan kita tidak terlarut dalam duka-lara.
Allah ta'ala berfirman,
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan.
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar."
( QS. Al-Baqarah (2) : 155 )
Allah ta'ala berfirman
"Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
( QS. Al-Baqarah (2) : 153 )
Allah ta'ala berfirman,
...maka hanya bersabar itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-NYA terhadap apa yang kamu ceritakan."
( QS. Yusuf (12) : 18 )
KEBAHAGIAAN DENGAN KESABARAN
Kebahagiaan adalah saat kita dapat menjalani hidup kita dengan hati yang tenang, jiwa yang tentram, dada yang lapang, sehingga kita merasa nyaman.
Bagaimana untuk tetap merasa tenang, tentram & lapang saat kita berada dalam "kesempitan", "keadaan yang menyesakkan"?
Kesabaran dalam menghadapi cobaan yang akan membantu kita untuk senantiasa merasa "baik" & bahagia dengan segala kondisi yang ada.
Sungguh Al-Qur'an dan As-Sunnah (Al-Hadits) telah mengajarkan kita bagaimana bersabar dalam menjalani hidup ini untuk merasakan kebahagiaan.
Bersama Kesulitan ada Kemudahan
Allah ta'ala berfirman,
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,
( QS. Al-Insyiroh (94) : 5 )
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
( QS. Al-Insyiroh (94) : 6 )
Sungguh Allah subhanahu wa ta'ala sudah menjanjikan kemudahan dalam segala kesulitan, segala sesuatu ada jalan keluarnya.
Hudzaifah ( seorang sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalllam ) berkata :
"Sesungguhnya Allah tidaklah menciptakan sesuatu melainkan dari yang kecil hingga ke yang besar, kecuali musibah. Adapun musibah Allah menciptakannya dari keadaan besar kemudian menjadi kecil."
Musibah/cobaan datang dalam keadaan besar yaitu terasa berat pada awalnya, lalu akan terasa semakin ringan jika kita bersabar.
Allah ta'ala berfirman dalam sebuah hadits Qudsi* :
"Tiadalah balasan dari sisi-KU bagi hamba-KU yang mukmin (beriman) apabila AKU mengambil orang yang dicintainya (anak, saudara, teman) di dunia, kemudian dia bersabar dan mengharapkan pahalanya, kecuali surga."
( HR. Bukhari, Ahmad )
* Hadits Qudsi : adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala yang tidak ditulis dalam Al-Qur'an
Kesabaran Ada Dari Awal Cobaan
"Sesungguhnya sabar dimulai pada saat pertama kali engkau ditimpa musibah."
Anas berkata,
"Sewaktu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjumpai seorang wanita sedang menangis di atas kubur, maka beliau bersabda,
'Bertakwalah kepada Allah dan sabarlah!'
Wanita itu berkata, 'Pergilah dari sini, karena sesungguhnya engkau tidak tertimpa musibah sebagaimana yang aku alami.'
Wanita itu tidak tahu bahwa yang berkata adalah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Kemudian ada yang memberitahukan kalau itu adalah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka wanita itu segera datang ke rumah Nabi.
Ia tidak menjumpai para penjaga pintu, hingga ia dengan mudah dapat masuk ke rumah Nabi.
Setibanya di sana, ia berkata, 'Aku tidak tahu kalau yang berkata tadi adalah baginda.'
Maka Rasulullah bersabda,
'Sesungguhnya sabar dimulai pada saat pertama kali engkau ditimpa musibah.' "
( HR. Bukhari & Muslim )
Yang dimaksud hadits di atas, adalah bahwa kita seharusnya sabar dari awal kita memperoleh cobaan, itulah sabar yang sebenarnya, bukan telah mengeluh dulu di awal musibah.
Membentuk Kesabaran :
Kesabaran, sesuatu yang tidak kita dapatkan begitu saja. Kesabaran dicapai dengan "membiasakan" diri untuk bersabar.
Mungkin memang tidak mudah pada awalnya, jika kita senantiasa berusaha, Allah subhanahu wa ta'ala akan membantu & memudahkan jalan kita.
Banyak cara/jalan untuk melatih kesabaran, dari diri kita sendiri juga dengan melihat sekitar kita.
1. Mengimani qodho & qodar Allah, takdir-NYA yang baik & yang buruk, yang semuanya adalah yang terbaik bagi diri kita,
2. Meyakini janji Allah subhanahu wa ta'ala, yaitu akan ada kemudahan dalam segala kesulitan,
3. Merenungkan & memahami bahwa dalam setiap cobaan ada hikmah/pelajaran, yang akan menjadikan kita menjadi lebih kuat & lebih baik
Jika masih tak mudah untuk bersabar, mungkin kita bisa melihat sekitar kita....
* Saat kita merasa kehidupan kita tak lengkap, karena anggota keluarga kita sudah tindak lengkap, cobalah lihat di luar sana, ada orang-orang memiliki lebih sedikit keluarga, atau tidak mengetahui siapa & di mana keluarganya, bahkan ada yang hidup sebatang kara.
* Jika kita ditimpa penyakit, lihatlah di luar sana banyak orang yang mungkin lebih parah keadaannya.
* Jika kita merasa "hidup kita pas-pasan", lihatlah di luar sana bahkan ada yang "kekurangan".
* Jika kita merasa cobaan begitu berat, hidup terasa sesak & sempit, ingatlah & renungkanlah kisah para Nabi, cobaan mereka jauh lebih berat daripada kita,
Nabi Nuh, berdakwah/mengajak umatnya mentauhidkan Allah (hanya beribadah kepada Allah) selama 950 tahun dengan begitu banyak rintangan,
Nabi Ibrahim, belum dikaruniai seorang anak pun hingga usia lanjut (beliau memperoleh putra dalam usia yang sangat lanjut, sekitar 90 tahun), lalu saat sudah mempunyai putra yang amat dicintainya, Allah mengujinya untuk mengorbankan putranya,
Nabi Musa, berdakwah dengan tentangan keras dari banyak pihak,
Nabi Ayub, diberi cobaan bertubi-tubi, anak-anaknya habis, hartanya habis, penyakit yang tak kunjung sembuh,
Nabi Yusuf, dibuang oleh saudara-saudaranya sehingga terpisah dengan keluarganya, lihatlah bagaimana beliau memaafkan saudara-saudaranya kemudian,
Nabi Muhammad,
Sebelum menjadi Nabi :
Lahir dalam keadaan yatim, ibunya meninggal saat beliau berusia 6 tahun, kakeknya meninggal saat beliau berusia 8 tahun,
Anak-anak laki-lakinya semua meninggal saat masih kecil (Qosim & Abdullah, anak dari Khodijah, Khodijah merupakan satu-satunya istri Nabi sampai Khodijah meninggal dunia)
Setelah menjadi Nabi :
Ditentang kaumnya, dikatakan gila, padahal sebelum menjadi Nabi, kaumnya menjulukinya Al-Amiin (yang terpercaya)
Dilempari dengan batu oleh kaum Thoif, saat berdakwah pada mereka,
Istri yang begitu setia & mendukungnya meninggal, Paman yang mengasuhnya & senantiasa membantunya meninggal, itulah tahun duka (sekitar tahun ke-10 kenabian),
Anak laki-lakinya meninggal saat masih kecil (yang bernama Ibrahim, anak dari Mariyah Al-Qibtiyah)
Sungguh para Nabi juga manusia, mereka bisa merasakan sedih & duka sebagaimana kita (manusia lainnya). Mereka bersabar, mereka kuat dengan usaha. Semoga kita senantiasa dapat mengambil hikmah/pelajaran dari kisah para Nabi & orang shalih, dan meneladaninya.
Semoga Allah senantiasa membantu & memudahkan jalan kita untuk memiliki sikap sabar, sehingga kita dapat menjalani hidup dengan kesabaran, dan merasakan kebahagiaan, di dunia & akhirat, Amiin....
Sumber Rujukan :
1. Al-Qur’an & Terjemahannya
2. Kitab Hadits : Riyadhush Shalihin, susunan Imam Nawawi
3. www.rumaysho.com
4. www.muslim.or.id
5. Buku : Menakjubkan! Potret Hidup Insan Beriman, penulis : Dr.A’idh Al-Qarni
"Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah mudahkan baginya jalan menuju surga."
( HR. Bukhari & Muslim )
A Better Google Analytics Alternative
6 months ago
No comments:
Post a Comment