Monday, November 16, 2009

"Ayah, aku mencintaimu seperti aku mencintai gandum & garam"

Hari ini adalah hari yang membahagiakan bagi sang Raja, hari ini dia berulang tahun.
Di hari yang membahagiakan ini, dia memanggil ke-3 puterinya.

"Puteri-puteriku, aku ingin mendengar bagaimana cinta kalian mengungkapkan cinta kepada Ayahmu ini."

"Bagaimana cintamu kepadaku wahai Puteri Sulungku?"
Sang Puteri Sulung pun menjawab, "Cintaku pada Ayah seperti emas dan permata".

"Bagaimana cintamu kepadaku wahai Puteri Tengahku?"
"Cintaku pada Ayah seperti berlian", kata si puteri tengah.

Lalu gilaran si puteri bungsu, "bagaimana cintamu kepadaku si Puteri Bungsu?"
Puteri Bungsu terdiam beberapa saat, lalu dia berkata, "Aku mencintai Ayah seperti aku mencintai gandum dan garam."

Mendengar jawaban puteri bungsunya, sang Raja kaget bukan main. Seketika rasa marah dan geram menjalari perasaannya.

"Keterlaluan, kamu mencintai Ayahmu, hanya sebatas gandum dan garam. Kamu sama sekali tak menghormatiku. Mulai sekarang keluar kamu dari istana ini."

Maka diusirlah si Puteri Bungsu dari istana. Kekecewaan yang sangat mendalam bagi sang raja, puteri bungsunya yang baik & lembut hatinya, hanya menghargainya sebatas gandum & garam.

Waktu berlalu...musim demi musim berganti. Saat ini waktu yang berat bagi penduduk negeri. Musim paceklik sudah berbulan-bulan melanda negeri mereka. Hingga suatu hari menghadaplah beberapa utusan rakyat menemui sang Raja.

"Baginda Raja, sudah berbulan-bulan kita mengalami paceklik. Tanah kering, tanaman kami tak tumbuh, kami tak punya hasil panen, persedian makanan kami sudah habis."

"Ya rakyatku, aku juga sangat prihatin dengan keadaan ini. Aku sudah berusaha mengatasi hal ini, tapi ini di luar kekuasaan kita. Apa yang kalian butuhkan wahai rakyatku?"

"Kami membutuhkan gandum dan garam wahai Baginda Raja. Itulah yang sangat kami butuhkan."

Raja terdiam seketika...."kami membutuhkan gandum dan garam...", kata2 itu mengingatkannya akan sesuatu....
...puteri bungsunya...dia yang berkata, dia mencintainya seperti mencintai gandum dan garam, seketika dia marah & terhina mendengarnya...
hari ini...rakyatnya meminta gandum dan garam, sesuatu yang amat mereka butuhkan...
bukan emas, permata, atau berlian...

Tiba-tiba air mata Raja menetes...
dia telah keliru menilai kata-kata puteri bungsunya...
dia kurang memahami kedalaman makna kata-kata puterinya...
dia silau, oleh "harga" yang terlihat, yang terukur, dia lupa tentang "nilai" yang terasa...




Dalam hidup, seringkali manusia hanya mendengar dengan telinga, melihat dengan mata, memikirkan dengan akal...mereka lupa untuk merasakan & memahami dengan hati...
Hingga sesuatu yang dialaminya mengingatkannya...adalah hal yang baik jika kita menyadarinya, "kesalahan" kita, lalu mengambil "pelajaran" dari "pengalaman"

That's life...
it's a learning process...
We're (human) is a learner

No comments: