Sunday, July 12, 2009

Hidup Zuhud ( Memaknai Kebahagiaan & Hidup )

Bismillah....

Insya Allah, hidup zuhud bukan berarti hidup sengsara & serba kekurangan, tidak memperhatikan dunia.
Rasulullah mengajarkan kepada kita agar hidup seimbang (antara dunia & akhirat).
Mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan dunia, beribadah untuk bekal akhirat.

Dalam sebuah hadits :
Abu Darda sudah tidak menginginkan dunia, dia hanya beribadah sepanjang hari (puasa di siang hari, sholat sepanjang malam). Lalu Salman menyuruhnya untuk makan (membatalkan puasa), dan tidur br bgn pd akhir malam untuk shalat.
Perkataan Salman kepada Abu Darda:
“Sesungguhnya Rabbmu memiliki hak terhadapmu. Jiwamu pun punya hak terhadapmu sebagaimana istrimu memiliki hak terhadapmu, maka tunaikanlah hak dari setiap yang memiliki hak.”
Abud Darda’ mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menceritakan hal tersebut kepada beliau, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menanggapinya dengan ucapan beliau: “Benar apa yang dikatakan Salman tersebut.”

“Karena tubuhmu memiliki hak terhadapmu, matamu pun punya hak terhadapmu, demikian pula istrimu memiliki hak terhadapmu….” (HR. Al-Bukhari no. 1975 dan Muslim no. 2722)

Hak tubuh : makan, tidur(istirahat)
Hak mata : tidur
Hak istri : nafkah (lahir & batin)

Hidup Zuhud (sebatas pengetahuanku saat ini), mungkin lebih kepada hidup dengan sederhana, memenuhi kebutuhan hidup tanpa berlebih2an & melampaui batas, dan kita merasa cukup. Dan meletakkan dunia sewajarnya.

Semoga kita senantiasa dapat menjalani kehidupan di dunia ini tanpa terlupa tujuan kembali kita (kehidupan akhirat).

Amiin......


Zuhud...

Manusia adalah makhluk pengejar kebahagiaan. Namun, tak semua manusia mencicipi hidup bahagia. Karena tidak setiap manusia tahu bagaimana merengkuh kebahagiaan.

Kebahagiaan tergantung pada pola hidup. Islam menganjurkan pola hidup zuhud. Apakah zuhud itu? Zuhud terumuskan dalam dua kalimat Alquran.
''Supaya kamu tidak bersedih karena apa yang lepas dari tanganmu dan tidak bangga dengan apa yang diberikan kepadamu.'' (QS Al-Hadid: 23).

Ada dua ciri zahid (individu yang menjadikan zuhud sebagai pola hidup).
Pertama, zahid tidak menggantungkan kebahagiaan hidupnya pada apa yang dimiliki. Bila bahagia ditambatkan pada kendaraan yang dimiliki, kala kendaraan itu tergores, hilanglah bahagia yang bersemayam di dada. Jika hati dilabuhkan pada yang dimiliki, maka saat apa yang dimiliki itu terlepas dari genggaman, terlepaslah kebahagiaannya.

Kedua, kebahagiaan zahid tidak terletak pada materi, tapi pada dataran spiritual. Hidup akan menjelma menjadi guyonan yang mengerikan bila makna bahagia disandarkan pada benda. Sebab, benda hanya menunggu waktu untuk lenyap.

''Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan.'' (QS Al-Rahman: 26-27).
Hakikat zuhud bukanlah meninggalkan dunia, namun tidak meletakkan hati padanya. Zuhud bukan menghindari kenikmatan duniawi, tetapi tidak meletakkan nilai yang tinggi padanya.
''Tiadalah perbandingan dunia ini dengan akhirat, kecuali seperti seorang yang memasukkan jarinya dalam lautan besar, maka perhatikan berapa dapatnya. (HR Muslim).

Oleh sebab itu, zuhud dalam kehidupan dunia bukanlah dengan mengharamkan yang halal. ''Zuhud terhadap kehidupan dunia tidak menganggap apa yang ada pada dirimu lebih pasti dari apa yang ada pada Allah SWT dan hendaklah engkau bergembira memperoleh pahala musibah yang menimpamu walaupun musibah itu akan tetap menimpamu.'' (HR Ahmad).

Dalam hadis Qudsi, diriwayatkan, ''Allah berfirman wahai dunia, berkhidmatlah kepada orang yang telah berkhidmat kepada-Ku, dan perbudaklah orang yang mengabdi kepadamu. (HR Al-Qudlai).

Ringkasnya, rumus hidup bahagia adalah kemampuan memilih nikmat yang abadi di atas kenikmatan yang fana. Bagaimana supaya baju zuhud dapat dikenakan? Dalam Nashaih Al-Ibad, Syaikh Nawawi al-Bantani menceritakan kisah Ibrahim bin Adham tentang mencapai zuhud.

Beliau menjawab, ''Ada tiga sebab.
Saya melihat kuburan itu mengerikan, sedangakan belum kudapati pelipur (atasnya).
Saya melihat jarak perjalanan amatlah jauh, padahal belum kumiliki bekal,
dan saya melihat Allah yang Maha perkasa akan mengadili, padahal belum kudapati alasan (untuk mengelak dari hukumannya).''


(M Subhi-Ibrahim, HIKMAH - REPUBLIKA )


Rahasia Zuhud :
Al-Hasan Al-Bashri ditanya: "Apa rahasia zuhud Anda di dunia?.."
Dia menjawab; "ada empat perkara,

aku yakin, bahwa rezekiku tidak akan diambil oleh orang lain, sehingga hatiku merasa tenang.

aku yakin, bahwa amalku tidak akan dapat digantikan dan ditebus oleh orang lain, maka akupun sibuk memperbanyak amalku.


aku yakin, bahwa sesungguhnya Alloh Subkhana Wa Ta'ala pasti mengawasi segala perbuatanku, maka aku pun malu bila Dia melihatku bermaksiat.

aku yakin, bahwa sesungguhnya kematian itu pasti selalu mengintaiku, maka akupun mempersiapkan segala bekal untuk menghadapinya. (tjd-dbs)

www.ikadi.org

No comments: